Jumat, 19 November 2010

Lima Pilar Utama

Rasulullah Saw. bersabda:

“Islam itu dibangun di atas lima perkara, yaitu: Bersaksi tiada sesembahan yang haq kecuali Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, mengeluarkan zakat, mengerjakan haji ke Baitullah, dan berpuasa pada bulan Ramadhan.” (HR Bukhari dan Muslim)

“Islam dibangun di atas lima perkara, mengesakan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, puasa Ramadhan, dan menunaikan haji.” (HR Muslim)

Bersyahadat bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali hanya Allah Swt. dan Nabi Muhammad Saw. adalah utusan-Nya adalah pilar pertama di dalam berislam. Keislaman seseorang selanjutnya sangat perlu untuk dibangun dengan empat pilar berikutnya, yakni mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji ke tanah suci bagi yang berkuasa atau mampu. Setiap pilar dalam berislam apabila ditegakkan dengan sungguh-sungguh akan mempunyai pengaruh yang sangat dahsyat dalam kehidupan seseorang. Seseorang tidak mudah goyah, hidup menjadi lebih dinamis, dan lebih mudah dalam mencapai kesuksesan dan kebahagiaan.

Pesan Nabi Yusuf Terlupakan Oleh Kaum Muslimin

Sura Yusuf (12) merupakan rujukan utama Kaum Muslimin untuk menabung dan berasuransi. Akan tetapi Sura Yusuf ini hanya tersosialisasi pada kaum Muslimin sebagai Sura yang dibacakan kepad Ibu Hamil supaya janinnya kelak ganteng seperti Nabi Yusuf. Namun makna yang terkandung dalam Sura Yusuf sesunggungnya banyak sekali, bukan hanya sebagai Sura yang dibacakan untuk Ibu Hamil. Dalam Sura Yusuf telah mencatat perdagangan orang, sifat diskriminasi orang tua terhadap anak, hakim yang adil, penguasa yang lalim, tabir mimpi, dan terpenting tentang menabung dan berasuransi.

Pada saat saya mengikuti training asuransi Pelatihnya bukan seorang muslim, namun ia secara cerdas dan sadar menjelaskan firman Allah dalam Sura Yusuf terutama ayat 47 dan 48. Ini mujizat Quran untuk Manusia (bukan hanya kaum Muslimin).

Sura Yusuf ayat 47, bunyinya “Yusuf berkata: “Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Ayat 48. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan.

Sungguh dahsyat ayat ini telah memberikan petunjuk yang pasti bahwa manusia tidak selamanya mapan, namun suatu waktu akan merasakan kesengsaraan. Hal ini dapat dianalogikan - saat sehat kita mengumpulkan semua harta, pada masa sulit merasakan jeri payah selama masa sehat.

Pertanyaannya sekarang mengapa Kaum Muslim tidak banyak menabung dan berasuransi? Jawaban sementara, belum banyak ustad yang diamanahi untuk mencerdaskan umatnya, secara sadar memperkenalkan ayat-ayat Al-Quran yang telah teruji. Selain itu…para ustad masih berkutat dengan masalah hilafiah. Yang seharusnya mereka memberikan pemahaman yang mumpuni kepada umatnya, justru mereka lebih banyak menakut-nakuti umatnya.

Masjid Corong Perbankan dan Asuransi

Sudah saatnya Masjid sebagai corong Perbankan dan Asuransi. Tidak henti-hentinya ustad Antonio Safei memperkenalkan mengenai Bank Syaria, namun upaya beliau belum banyak mendapat sukungan yang masif sampai ke daerah Perdesaan.

Ustad dan imam Masjid patut mengoreksi diri - apakah telah menjadikan Al-Quran sebagai rujukan utama dalam membangun umat? Jika belum, maka sudah saatnya untuk berubah. Selama ini Al-Quran terkenal bukan oleh Kaum Muslimin, justru oleh umat lain - lihat saja mereka yang sukses memperkenalkan Asuransi, Lebah, dan lain-lain mereka yang menjadikan Al-Quran sebagai rujukan utama, meskipun mereka tidak secara nyata menyatakan. Begitu juga, jika kita memperhatikan literatur tentang motivasi, maka sebagian besar rujukannya Al-Quran dan Al-Hadist. Itupun juga mereka tidak secara nyata menyebutkannya. Hanya mereka yang secara sadar telah menyelesaikan pembacaan Al-Quran dan Al-Hadist dapat menemukannya.

Mungkin masih segar dalam ingatan kita mengenai ”Kelapa Sawit” mengalami masa booming sekitar beberapa tahun. Para petani dan pengusaha terus memperluas lahannya, namun mereka lupa menabung dan mengantisipasi. Saat terjadinya Kelapa Sawit mengalami penurunan, petani dan pengusaha kelagapan. Intinya, mereka lupa pesan dalam Sura Yusuf (12).

Begitu juga banyak kaum Muslim yang miskin tidak dapat menyekolahkan anaknya, karena mereka belum menjadikan Al-Quran sebagai pegangan hidup, selain mereka tidak punya Quran, juga tidak bisa baca. Ini semua menjadi tanggung jawab Masjid.

Pesan Allah kepada Nabi Muhammad untuk umat Manusia Baca…Baca…Baca… Bukan hanya baca huruf tetapi semua pesan yang ada di alam.

Ayo Menabung dan Berasuransi…

Prinsip Belajar

Seperti halnya kegiatan-kegiatan lain, ternyata belajar juga mempunyai prinsip-prinsip diantaranya belajar sebagai suatu pengalaman yang terjadi di dalam diri ndividu yang diaktifkan oleh individu itu sendiri, belajar sebagai penemuan diri sendiri, belajar sebagai konsekuensi dari pengalaman, belajar sebagai proses kerja sama dan kolaborasi, belajar sebagai proses evolusi, belajar merupakan proses pemaksaan, belajar merupakan proses emosional dan intelektual, belajar bersifat indvidual dan unik.

Belajar adalah suatu pengalaman yang terjadi di dalam diri individu yang diaktifkan oleh individu itu sendiri. Artinya, belajar bukan melakukan apa yang dikatakan atau yang diperbuat oleh pengajar saja tetapi merupakan proses perubahan dalam diri pelajar sendiri untuk mau melakukan dengan kemauan sendiri apa yang dikehendaki olehnya.

Belajar adalah penemuan diri sendiri, hal ini mengandung arti belajar adalah proses penggalian ide-ide yang berhubungan dengan diri sendiri dan masyarakat sehingga pelajar dapat menentukan kebutuhan dan tujuan yang akan dicapai.

Belajar adalah konsekuensi dari pengalaman, seseorang menjadi bertanggung jawab ketika ia diserahi tanggung jawab. Ia dapat berdiri sendiri bila ia mempunyai pengalaman dan pernah berdiri sendiri. Untuk belajar yang efektif tidak cukup jika hanya memberikan informasi saja, tetapi kepada pelajar tesebut perlu diberikan pengalaman. Misalnya, diajari cara membuat kue, dengan resep yang telah tersedia kita belum tentu dapat membuat kue tersebut. Agar kita dapat membuat kue tersebut setidaknya kita harus pernah melihat dan mencoba membuatnya.

Belajar adalah proses kerja sama dan kolaborasi, pada hakikatnya manusia senang melakukan suatu hal-hal bersama-sama dan saling membantu. Dengan kerja sama, saling berinteraksi dan berdiskusi, disamping memperoleh pengalaman dari orang lain juga dapat mengembangkan pemikiran-pemikiran dan daya kreasi individu.

Belajar adalah proses evolusi, bukan revolusi karena perubahan perilaku memerluakan waktu dan kesabaran, perubahan perilaku merupakan suatu proses belajar yang membutuhkan waktu lama karena memerlukan pemikiran-pemikiran dan pertimbangan orang lain, contoh-contoh, dan mungkin pengalaman sebelum menerima atau berperilaku baru. Untuk itu diperlukan kesabaran dan ketekunan.

Belajar merupakan suatu paksaan dan terkadang menjadi proses yang menyakitkan karena menghendaki perubahan kebiasaaan yang sangat menyenagkan dan sangat berharga bagi dirinya, bahkan mungkin harus melepasakn sesuatu yang menjadi jalan hidup atua pegangan hidupnya. Untuk itu dalam memperkenalkan hal-hal baru yang menghendaki seseorang berperilaku baru sebaiknya dilakukan tidak secara drastis dan radikal. Harus berhati-hati dan sedikit demi sedikit sehingga individu mau meninggalkan perilaku lama dengan senang hati, tidak menyakitkan hati, dan tidak menimbulkan frustasi. Misalnya pada panti rehabilitasi, para pecandu narkoba dipaksa untuk belajar menghentikan penggunaan obat-obat terlarang. Dengan kesabaran, sedikit demi sedikit kebiasaan tersebut dapat hilang. Contoh lain, anak nakal yang dimasukkan ke pesantren, awalnya mungkin dia merasa tertekan, tapi lama-lama akan terbiasa.

Belajar adalah proses emosional dan intelektual, jadi belajar dipengaruhi oleh keadaan individu atau pelajar secara keseluruhan. Belajar bukan hanya proses intelektual tetapi emosi juga turut menentukan. Oleh karena itu hasil belajar sangat ditentukan situasi psikologis individu pada saat belajar. Bila seseorang sedang dalam keadaan kalut, murung, frustasi, konflik, dan tidak puas, maka jangan dibawa ke dalam suatu proses belajar karena hasilnya tidak akan memuaskan.

Belajar bersifat individual dan unik, setiap orang mempunyai gaya belajar dan keunikan yang berbeda-beda dalam belajar. Untuk itu pengajar harus menyediakan media belajar yang bermacam-macam sehingga tiap individu dapat memperoleh pengalaman belajar sesuai dengan keunikan dan gaya masing-masing.=)

Kecerdasan? Apa Itu?

Apa sih sebenarnya kecerdasan itu?

Orang bisa mengatakan kita cerdas/pandai dll. Tapi kebanyakan orang belum tentu tahu apa itu kecerdasan. Secara umum, kecerdasan bisa dikatakan sebagai istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar.

Klasifikasi kecerdasan

Gardner mengklasifikasikan kecerdasan sebagai berikut:

1. Naturalis

2. Kinestik tubuh

3. Linguistik

4. Logis matematik

5. Visual spasial

6. Musikal

7. Interpersonal

8. Intra personalasial

Sedangkan, menurut hasil tes IQ sebagai berikut :

Tingkat kecerdasan Deskripsi verbal Presentasi populasi dalam setiap kelompok

0-19 Idiote 1

20-49 Embisiclle

50-69 Moron 2

70-79 Inferior 6

80-89 Bodoh 15

90-109 Normal 46

110-120 Pandai 18

120-129 Superior 8

130-139 Sangat superior 3

140-179 Gifted

180> Genius 1

Faktor – factor kecerdasan

1. Faktor Bawaan

Faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Ada yang bodoh, agak pintar, dan pintar sekali.

1. Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas

Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar, sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.

1. Faktor Pembentukan

Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelengensi. Di sini dapat dibedakan antara pembentukan yang direncanakan, seperti dilakukan di sekolah atau pembentukan yang tidak direncanakan, misalnya pengaruh alam sekitarnya.

1. Faktor Kematangan

Organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.

Oleh karena itu, tidak diherankan bila anak-anak belulm mampu mengerjakan atau memecahkan soal-soal matematika di kelas empat sekolah dasar, karena soal-soal itu masih terlampau sukar bagi anak. Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk menyelesaikan soal tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan faktor umur.

1. Faktor Kebebasan

Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.

Kelima faktor tersebut di atas saling mempengaruhi dan saling terkait satu dengan yang lainnya. Jadi, untuk menentukan kecerdasan seseorang, tidak dapat hanya berpedoman atau berpatokan kepada salah satu faktor saja.

Kreativitas

Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa kreativitas pada intinya merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk cirri-ciri aptitude maupun non aptitude, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.

Faktor Kreativitas

1. Sikap social

Sikap sosial yang tidak menyenangkan harus dikurangi atau dihilangkan

1. Kondisi yang menyenangkan untuk kreatif

Semua kegiatan yang didasari atas kesenangan pasti akan menghasilkan sesuatu yang menyenagkan pula

1. Materi yang diberikan

Cara penyampaian materi harus bermacam – macam agar anak tidak bosan

1. Lingkungan keluarga dan sekolah

Selain keluarga, sekolah juga ikut berperan dalam membentuk kreativitas anak.

1. Orang tua

Orang tua sangat mempengaruhi pembentukan kreativitas anak. Mengapa? Karena sejak bayi orang tualah yang memberikan pendidikan kepada anak.

1. Pengasuhan anak

Pengasuh juga sangat berperan. Jika anak diasuh oleh pengasuh yang mempunyai pikiran kreatif, maka anak tersebut bisa ikut kreatif dan sebaliknya.

Pengembangan dalam KBM

Ø Menciptakan tugas yang dikehendaki anak

Ø KBM hendaknya dilandasi oleh rasa ingin tahu siswa.

Ø Proses pembelajaran yang dapat mengembangkan sensitivitas

Ø Kegiatan pembelajaran mengutamakan pengalaman belajar yang memberikan kelonggaran pada anak

Ø Hindari perilaku jugdmental dari guru

Ø anak bebas melakukan eksperimen.

Ø kesempatan bagi siswa untuk menentukan pilihannya sendiri.

Ø Anak anak dihadapkan kepada persoalan riil dalam kehidupan sehari hari