Rabu, 29 Desember 2010


Resensi film indonesia terbaru inilah resensi film Serigala Terakhir yang bercerita tentang persahabatan yang tumbuh antara Ale (Fathir Muchtar), Jarot (Vino G Bastian), Lukman (Dion Wiyoko), Jago (Dallas Pratama) dan Sadat (Ali Syakieb).Tinggal di daerah marjinal yang kumuh membuat hidup mereka tak seperti kehidupan remaja kota besar. Hampir seluruh hidup mereka habiskan untuk berbuat onar, berkelahi dengan siapapun orang yang tidak mereka sukai hingga memeras pedagang.
Berbekal jiwa kepemimpinan yang lebih di antara temannya membuat Ale menjadi ketua dalam kelompok ini. Ale tinggal bersama Ibunya (Ully Arta) beserta dua orang adiknya bernama Aisyah (Fanny Fabriana) dan Bara (Agung Surya Putra).
Di tempat mereka tinggal, ada seorang remaja bisu yang selalu menemani neneknya berdagang di pasar. Pria bisu itu bernama Fathir (Reza Pahlevi). Sejak kecil, Fathir selalu menjadi bahan ejekan orang-orang termasuk kelompok Ale, kecuali Jarot yang kerap kali berempati di belakang teman-temannya.
Fathir sebenarnya ingin bergabung bersama kelompok Ale. Namun karena cacat yang dimilikinya membuat orang memandang sebelah mata. Apalagi, Ale sepertinya tidak butuh tambahan anggota.
Perkelahian demi perkelahian tetap mereka menangkan, meski harus dengan tetesan darah. Sampai suatu hari, mereka terlibat perkelahian sengit dengan kelompok lain. Ale yang terdesak dengan tusukan pisau lawannya berhasil diselamatkan oleh Jarot yang memukul kepala musuh dengan batu besar hingga tewas.

Akibat perbuatannya itu Jarot ditangkap polisi. Hal ini membuat empat sahabat mereka, termasuk Fathir terpukul. Belum lagi dengan orang tua Jarot dan adik Jarot bernama Yani (Zaneta Georgina).
Live must go on. Ale dan kelompoknya terus berjalan meski tanpa Jarot. Mereka mulai mendapat gangguan dari kelompok Naga Hitam, sebuah kelompok mafia yang bergerak di bisnis narkoba. Merasa kalah dalam jumlah anggota dengan Naga Hitam, Ale memutuskan untuk menjaga kampung mereka dari bisnis narkoba.
Ale sebenarnya sangat butuh orang yang memiliki kemampuan setara dengan Jarot. Tiba-tiba Fathir mengajukan diri untuk bergabung melawan Naga Hitam. Lagi-lagi Fathir hanya jadi bahan ejekan. Saat pulang ke rumah, Fathir mendapati neneknya meninggal dunia. Fathir begitu terpukul dan diapun memutuskan pergi.
Di dalam penjara, Jarot harus berjibaku melawan tahanan lainnya. Dipukuli oleh teman sekamar hingga disodomi oleh kepala kamar. Tapi Jarot segera membalikan keadaan dengan membalas orang yang dulu menyakitinya di dalam tahanan. Jarot berubah menjadi tahanan yang ditakuti.
Jarot akhirnya bebas dari penjara tanpa ada satupun orang yang menjenguknya di dalam sel. Ketika pertama kali menghirup udara bebas, betapa terkejutnya Jarot dengan orang yang menjemputnya. Orang itu adalah Fathir yang ternyata bergabung dengan kelompok Naga Hitam.
Fathir mengajak Jarot bertemu bos besar Naga Hitam (George Rudy). Jarot setuju bergabung dengan Naga Hitam. Bersama Fathir, Jarot menjadi satu tim mengawal bisnis narkoba Naga Hitam.
Dari sinilah konflik sesungguhnya dimulai. Jarot dan Fathir harus berhadapan dengan sahabat kecil mereka yaitu kelompok Ale. Belum lagi ditambah Jarot yang jatuh cinta adik Ale, Aisyah.
Fathir berubah menjadi sosok yang dingin dan keras. Di balik sifat pendiamnya dulu, ternyata dia memiliki jiwa psikopat dan naluri pembunuh berdarah dingin. Tak mau peduli pernah berteman sejak kecil, Fathir membunuh Jago, Lukman dan Sadat. Bahkan Fathir pula yang membunuh Aisyah karena dianggap penghalang bagi Jarot.
Ale mengira Jarotlah yang membunuh adiknya. Dengan tekanan yang luar biasa, Ale berjanji akan membunuh Jarot, sahabat yang pernah menyelamatkan nyawanya dulu.
Melihat perseteruan yang tak kunjung usai, membuat Jarot tak sanggup lagi berjibaku dengan konflik. Apalagi konflik ini sudah mengorbankan orang yang disayanginya. Jarot akhirnya mengajak Ale bertemu untuk mengibarkan bendera putih.
Ale terlanjur dendam terhadap Jarot. Kedua sahabat ini berkelahi hebat. Ale tertembak dengan pistol miliknya sendiri. Di ujung hidupnya, kedua sahabat ini saling berpeluk erat sambil meminta maaf. Tapi nyawa Ale tak terselamatkan dan tiba-tiba, Duar!! Jarot mendapat tembakan bertubi-tubi hingga akhirnya ikut tewas di samping jasad Ale.
Siapakah yang menghujani Jarot dengan tembakan? Anda pasti dibuat tercengang. Tak ingin digelitik penasaran? Datang saja ke bioskop dan saksikan film yang mulai diputar 5 November 2009 ini.
Film garapan Upi Avianto ini berdurasi sangat panjang, 135 menit. Dari jalan ceritanya kita tahu bahwa genre film ini adalah drama action. Perlahan tapi pasti film action memang sedang merangkak naik untuk bersanding dengan genre film lainnya.
Konflik demi konflik dibuat begitu menegangkan dan mengharukan. Meski berdurasi panjang, penonton tidak bosan dengan jalinan cerita dalam film ini. Film ini mengocok emosi ditambah ceritanya yang mengharukan.
Seperti kebanyakan film action yang banyak menggunakan efek audio visual, film ini juga menggunakan efek audio visual yang ikut mendukung adegan perkelahian atau ledakan. Kelemahannya, efek visual kadang terlihat kurang maksimal, khususnya setiap kali adegan kebakaran.
Akting para pemain di film ini juga patut diacungi jempol. Mereka berhasil membuat penonton ikut larut dalam konflik.

Upi sang sutradara yang juga menjadi penulis sangat cerdas mengembangkan karakter tokoh di film ini. Buktinya adalah karakter Fathir yang sempat hilang sejenak, tapi dimunculkan kembali justru dengan karakter yang berbeda 180 derajat.
Film yang menghabiskan dana hampir Rp10 milliar ini juga berpotensi memiliki sekuel. Karena nasib kelompok Naga Hitam dan Fathir belum jelas. Di akhir cerita digambarkan Bara yang masih berusia belasan tahun dengan wajah dendam membawa pistol peninggalan Ale.
Upi tampak ingin mengubah tradisi akhir cerita klise di mana pemeran utama selalu tampil sebagai sang juara layaknya sinetron dan film-film kebanyakan.
Wanita yang di kehidupan nyata berpacaran dengan Vino G Bastian ini sengaja membuat film berakhir dengan cerita tidak bahagia. Atau mungkin Upi ingin menyampaikan pesan kepada penonton bahwa kebenaran tidak mutlak selalu menang.





Sutradara:

Upi Avianto

Artis indonesia Pemain srigala terakhir:

Fathir Muchtar

Vino G Bastian

Dion Wiyoko

Dallas Pratama

Ali Syakieb

Reza Pahlevi

Fanny Fabriana

Agung Surya Putra

Zaneta Georgina

Produksi:

Investasi Film Indonesia. (ang)

Jumat, 17 Desember 2010

Asal usul kata narsis, jayus, & alay

Narsis

Konon dalam dongeng masyarakat Yunani kuno, hiduplah seorang pemuda yang bernama Narsis. Narsis adalah putra dari Dewa dan Bidadari. Orangnya tampan, namun kaku, cuek, dan angkuh.

Tanda tanda orang narsis adalah:

1.mencintai diri sendiri secara berlebihan dan sulit mencintai dan menerima cinta orang lain.
2. Hanya mendengar pendapatnnya sendiri, sulit mendengar pendapat orang lain.
3. Tidak bisa merasakan perasaan orang lain.
4. Melihat segala sesuatu dari sudut pandangnya sendiri, bukan sudut pandang orang lain.
5. Sulit mempercayai orang lain.

Tetapi orang Narsis, bisa berubah. Ketika dia bisa menyadari bahwa dirinya adalah obyek dan juga subyek, dan menyadari bahwa dirinya adalah bagian dari orang lain, maka sifat narsis itu bisa hilang. Jika sifat narsis itu hilang, maka orang itupun seperti Narsis, berubah menjadi indah dan harum laksana bunga Narsis.

Jayus

Jayus adalah sebuah istilah slang dalam bahasa Indonesia digunakan untuk mengomentari lontaran yang dianggap tidak lucu. Kata ini mulai populer pada pertengahan 1990-an di sekolah-sekolah menengah swasta Jakarta. Umumnya dipercayai bahwa kata ini berasal dari nama seorang murid Kolese Gonzaga tempat istilah ini bermula, yaitu dari seorang bernama Jayusman yang terkenal dengan komentar-komentarnya yang dianggap aneh dan tidak lucu.

Alay

SEBENARNYA APA ITU ALAY?
Alay adalah singkatan dari Anak layangan, Alah lebay, Anak Layu, atau Anak keLayapan yang menghubungkannya dengan anak JARPUL (Jarang Pulang). Tapi yang paling santer adalah anak layangan. Dominannya, istilah ini untuk menggambarkan anak yg sok keren, secara fashion, karya (musik) maupun kelakuan secara umum. Konon asal usulnya, alay diartikan "anak kampung", karena anak kampung yang rata-rata berambut merah dan berkulit sawo gelap karena kebanyakan main layangan.

Berikut definisi tentang ALAY oleh beberapa tokoh Sosiologi yang terkenal:

Koentjaraningrat:
"Alay adalah gejala yang dialami pemuda-pemudi Indonesia, yang ingin diakui statusnya diantara teman-temannya. Gejala ini akan mengubah gaya tulisan, dan gaya berpakain, sekaligus meningkatkan kenarsisan, yang cukup mengganggu masyarakat dunia maya (baca: Pengguna internet sejati, kayak blogger dan kaskuser). Diharapkan Sifat ini segera hilang, jika tidak akan mengganggu masyarakat sekitar"

Selo Soemaridjan:
"Alay adalah perilaku remaja Indonesia, yang membuat dirinya merasa keren, cantik, hebat diantara yang lain. Hal ini bertentangan dengan sifat Rakyat Indonesia yang sopan, santun, dan ramah. Faktor yang menyebabkan bisa melalui media TV (sinetron), dan musisi dengan dandanan seperti itu."

Maria HunBun, S.Si :
"Alay itu adalah orang2 yang bisa saja berusia remaja maupun dewasa, yang sangat tidak sedap dipandang oleh banyak orang. Biasanya mereka menggangu ketertiban umum lewat perilaku seperti kebut2an di jalan sambil nyelip2 gk jelas bahkan knalpotnya membuat berisik, maupun dandanan seperti rambut yang dicat warna warni, ataupun model rambut sok asik serta gayanya yang sangat lebai alias berlebihan"

Ciri2 alay:

1. Suka banget pake tulisan atau teks yang GedE keCiL-gEdEkeciL

2. Sok bergaya Emo atau Harajuku tapi pas ditanya asalmulanya, gak tau sama sekali

3. Kalo sms atau ngirim komentar memakai bahasa aneh seperti, "aQuWh, maNi3eZz.."

4. Pokoknya gaya rambut si cowok persis kayak Kangen band (buset dah...)

5. Terlihat memakai postman bag berjenis kulit tapi ga jelas merk dan beli di distro yang mana...

6. Kurus kerempeng, suka memegang rambut dan bermuka bokat

7. Beraninya kalo bikin ulah pasti barengan dan gak berani kalo sendirian

8. Sok kaya, sok imut, sok cantik, sok keren, sok gaul, sok techno padahal waktu ditanya kode HTML aja gak bisa

9. Untuk lagu barat, mereka tidak tahu lagu barat yang sedang nge-tren dan mereka(orang alay) hanya tahu lagu barat dari jaman eighty dan ninety doank (parah gak sih?)
Yang paling parah memang anak-anak alay suka melebih-lebihkan serta kangen-band adalah pemicu gaya anak alay jaman sekarang...sifat- sifat alay itu sangatlah norak dan ga elit banget.



Alay itu orang kampung yang kampungan dengan dandanan kampungan, ngerti maksud saya? Tidak semua orang kampung itu kampungan, contohnya si doel, walaupun namanya berkesan alay tapi karakternya tidak alay. Nah orang kampung yang kampungan itu biasa disebut alay.

Apakah bukan orang kampung bisa disebut alay? Kita ambil contoh Vino G Bastian, menurut gw dia bukan orang kampung, tapi rambutnya berkesan alay dan sering dijadikan role model oleh alay namun karena perilaku dan mukanya yang tidak kampungan maka vino tidak termasuk alay..jadi.. Jawabannya bisa jadi, bukan orang kampung termasuk alay, namun kasus seperti ini teramat sangat jarang terjadi, karena rata-rata alay itu anak kampung.

Lalu apa itu kampungan?
Perilaku yang tidak mencerminkan dirinya sebagai manusia yang benar, setidaknya berbuat benar. Contohnya: tawuran antar kampung atau antar sma, nongkrong di halte bareng geng alaynya sambil godain cewek, bergerombol di stasiun, di mall jelek, di pasar sambil ngerokok terus bicara dengan nada yang tidak bisa disebut tinggi tapi lebih tepat cempreng sambil ngata2in temen se gengnya dan tentu saja sebagian masih menggoda cewek yang lewat, kalo di bioskop suka nyari perhatian dengan suara cemprengnya komentar gak jelas ketawa berlebihan dll

Apakah anak emo itu alay?
Tidak emo bukan alay. Emo adalah definisi yang berbeda dengan alay, namun alay kerap menggunakan dandanan style ala emo yg secara otomatis menjatuhkan pamor dari emo itu sendiri.

Perbedaan emo dengan alay gaya seperti apa?
Well, celana skinny dengan baju agak ketat warna item, make sepatu converse, gaya rambut lurus dan panjang di depan namun cepak di belakang. Namun acapkali alay mencoba menerapkan gaya tersebut, rambut yang seolah dipaksa2in, celana abal, baju abal, sepatu apa lagi, ditambah dengan ikat pinggang metal yang khas sekali, bisa dicari di pasar2 contohnya klender atau poncol.

Oke gayanya minta digampar emang
kebanyakan alay adalah supporter sepakbola yang fanatik atau berlebihan, sesuai dengan definisi kampungan dari seorang alay, yaitu tidak sportif kalo kalah, terus rusuh barang2 dirusakin, baru2 ini di bandung telah terjadi perusakan oleh alay saat pertandingan persib vs persija di ISL.

Selera musik?
Tidak jauh2 juga dari band2 yang terkadang berbusana layaknya alay seperti radja atau republik (vokalisnya gaya alay parah), dan band2 yang berirama melayu yang easy listening dan tidak perlu menggunakan musikalitas yang tinggi, contoh : kangen band, matta. Kalo ada konser didaerah beberapa alay berpotensi menimbulkan kerusuhan seperti saat band nidji atau ungu sedang manggung,, padahal yang maen ungu, klo seringai gitu masih mending lagu2nya menaikkan adrenaline, lah ini ungu dengan lagu cinta2an dan kemarin baru kolaborasi ama rossa.

---------------------------------------------------------------
Karena mungkin efek sinetron atau apa saja yg mempengaruhi mental kita yg menjadi-jadi dan semakin
parah, mungkin ada diantara kita semua sifat2 dibawah ini:

1. selalu ngerasa paling tau tentang musik.

2. tongkrongannya di pinggir pinggir jalan (yang cewek godain cowok,yang cowok godain cewe yang lagi lewat)

3. kalo di mall selalu bawa headset buat dengerin lagu lewat handphone(suka pamer ga jelas & sok asik gitu deh). please deh, kan ada lagu2 yg d stel d mall

4. sok EMO tapi ditanya sejarahnya emo ga tau.

5. sok pengen 'gaul' mau ngikutin tren yang sekarang tapi LEBAY parah(cth: nge-mix baju ga kira kira ; baju ijo, celana kotak kotak, sepatu merah,kacamata biru! NORAK !)

6. dimana mana SELALU ada acara yg namanya 'putu putu narziz' (entah itu di sekolah, WC, mobil, kamar, stasiun, angkot,dll).

7. fotonya ga nahan smua! (dengan gaya di imut imutin,dideketin lampu biar 'terang bgt',foto
deket bgt dari wajah *biar jeleknya ga keliatan*,foto dari atas *biar kelihatan keren kali ya*,dll..pokoknya yang bisa bikin ENEG semua orang.kamera VGA aj sok sokan)

8. buat cewek tiap hari kerjaannya ngomongin ttg cowooooooooo mulu! (cth: eh tau ga si A tadi gini loh sama gue hahaha lucu bgt ya? *ga lucu!)

9. buat cowok..tiap hari kerjaannya cari musuh (ribut) mulu sama temen temen cowoknya yg lain *biar dianggep keren gitu*

10. di friendster.. bagi yang cewek di featurefriend nya majang cowok cowok ganteng semua *meski ga kenal,biar dianggep cantik & gaul*.. kalo yg cowok ya majang featurefriendnya cewek semua*walau ga kenal* biar dikata cowok ganteng. IH JIJAY!

11. T U L I S A N
> - iya : ia, iaa, ay, etc
> - kamu: kamuh, kammo, kamoh, kamuwh, kamyu, qamu, etc
> - aku : akyu,aq,akko,akkoh,aquwh,quh, etc
> - maaf: mu'uph,muphs,maav,etc
> - sorry: cowyie,cory,tory(?),etc
> - add : ett,etths,aad,edd,etc
> - for : vo,fur(zz),pols,etc
> - lagi : agi,agy, etc
> - makan: mums,mu'umhs,etc
> - lucu : lutchuw,uchul,luthu,etc
> - siapa: cppa,cp,ciuppu,siappva,etc
> - apa : uppu,apva,aps,etc
> - narsis: narciezt,narciest,etc
> - anak mana? : naq mnah?, etc
> - gw : w,wee, 9, 6, etc
> - dong : dunkz,dungs, etc
> - dan masih bnyak lagi!

12. suka ngirim bulbo ga jelas di fs :"akko onlenndh dcnniih" ato "ayokk perang cummendh cmma saiia" etc (paling parah lagi kalo ngirim bulbo dengan judul "BAJINGAN" tapi isinya kosong!) ih kampret bner deh tu orang orang alay.

13. kalo ada org yg cuman view profil kita , kita bilang gini : "hey cuman view nih?" ato "heey jgn cuman view doang,add dong! (kalo emang segitu pentingnya orang nge-ADD buat kita..kenapa kita ga nge-ADD dia waktu kita mau ngasih testi?)-__-

14. friendster dipenuhi glitter-glitter norak yang pastinya bisa ngerusak retina mata zz

15. kata /singkatan selalu diakhiri huruf z/s (cth : nama adalah talitra,dbuat jadi : talz. nama adalah niken,dibuat jadi qens..dsb!)

16. foto di friendster bisa nyampe 300 lebih padahal cuman foto DIRINYA SENDIRI

17. diam diam mengidolakan : kangen band,radja,ato bahkan GARNET BAND -_-

18. kalo udah nemu lawan jenis biasanya jadi lebay, ngerokok2, ngelawak jayus, bahkan terkadang dilanjutkan dengan poin nomer 2

19. tulisannya GedE-kEcIL norak

20. kemana-mana make boxer(biasanya gmbr ganja,biar di blg gaul),atasan sweater,ga lupa make topi gambar ganja jg biar d bilang petani ganja kali

21. naek motor pada blaga kebut2an ambil goyangin pantat biar dikira kayak pembalap. motorny gk pake spion,knalpot racing yg bkn kuping lo budek parah,gk lupa jg stiker '46' (biar diblg valentino rossi ya). biasanya dilakukan dengan efek menggoyang2kan bokong

22. klo jalan kaki psti rame-rame, trus tangannya ga bisa diem, suka metikin daon d pohon ato metik buah orang.

23. tiap malem minggu suka sok mabok di pinggir jalan, pdhl cma minum anggur kolesom.

24. rambutnya pirang matahari.dan kayaknya bau deh

25. kalo cowok biasanya pake baju ketat, terkadang tanpa lengan yang tujuannya entah pamer otot atau bulu ketek. celana tanggung kotak2 dan sepatu yg diinjek belakangnya tanpa kaos kaki.

26. kalo cewek biasanya pake baju yg sok2 kebuka warna ngejreng yang menarik perhatian(mau muntah), kadang pake sepatu plastik transparan.

27. jika anda perhatikan aksesoris mereka, memakai kalung rantai yg biasa d pake anjing, gelang yg astaga bnyknya kayak dukun gypsi, dan kadang ada juga yang pake rantai dompet penghubung kemaluan dengan bokong mereka yang tujuannya entah untuk apa.

---------------------------------------------------------------
Ciri-ciri Alay:
A) TINGKAT PALING RENDAH:
1. nulis kata disingkat, seperti "lagi apa?" gi pha?? atau bosen banget jadi "bsen bgd nh"
2. memakai simbol tambahan. "p@ k@bar L0e??" atau "~hha..~ y nh.. lg bosen~"
3. menggunakan huruf Z dibelakang kata. "mlz bgtz!" atau "gurunya malezin yh"
4. comment orang dengan minta balasan kaya "repp iah!" / "blz dum" / "reply dsini iiaaa"
5. layoutnya yang super rame bahkan berfotmat gif (gerak) dengan warna ngejrenk pinkk fontnya yang anehlah

B) TINGKAT RENDAH
1. aboutme panjaaaang banget dengan gambar dari myspace yang gajelas pake isi gr-gr an kaya "aq tuh.... cntik.... lucu.... punya cowo ganteng..." zzz dan sebagainyalah lo tau kan
2. penggantian kata! gue / gw / gua = w, lo / lu = lw / loe. dong = dumzz / dwunhh
3. foto serba diediiiiit abis apalagi yang editnya emo emo pake tulisan gothic gitu
4. mediabox dipenuhin dengan gambarrrrrr

C) TINGKAT SEDANG
1. mamerin kebisaan dishotout, misalnya "eh w kan menang track motor lohh.." atau "eh w les nyetir dong.." dan yang lebih oon nya "eh w makin oke dan top ya tiap hari" (halah)
2. rusuhin comment foto. misalnya cuma dicomment "cantik deh/ganteng deh" balesnya "emg gw gnteng gtuu... y krna trlahir dh ganteng kli ya?? hha. dan kyanya..........blabalabla"
3. nickname digabung sama nama org yang disuka dengan cara gajelas. misalnya (kalo namanya sama maaf ya) "delita saiianks si luthuu.." atau "delita cinta dya" gitulah ya aezzz...
4. bikin album yang isinya artis favorit mereka. contoh "kangen band khuzuz loh!!" apalagi albumnya pake dikunci, yah capedeh!!

D) ALAY TINGKAT PARAH!
1. barang abal yang dipamerin ketemen terus dia ngaku beli di singapore. amrik . dan sbgainya. "eh liat nih gue beli gelang dijerman gituloh asli kalo ga salah sih dirupiahin 500 ribu ya." padahal dia beli di itc aja!! yang 10 ribu 5 hahaha.
2. tulisan gede-kecil. "aLoW kLiAnZ hArUz ADd GwE YaH!!" atau dengan angggka "K4Ng3nZ dWEcChh" NNNNNZZZZZ
3. minta di add di shotout, "j9n lupa ett ghw"
4. gaya dengan bibir monyong, telunjuk nempel bibir, gaya tangan dengan oke dipinggir kepala dan foto dari atas
5.nge post bulbo cuma buat kasih tau dia lagi online & minta comment

Bahasa Indonesia Bisa Menjadi Bahasa Internasional

Bahasa Indonesia berakar dari bahasa Melayu yang mempunyai sejarah panjang sebagai lingua franca atau bahasa penghubung. Lingua franca digunakan ketika dua orang atau lebih yang berbahasa ibu berbeda berusaha berkomunikasi. Mereka menggunakan satu bahasa yang bagi mereka semua merupakan bahasa asing. Pada masa lalu, hal ini sering terjadi ketika manusia merantau ke negeri asing untuk berdagang, termasuk di perairan nusantara. Pada masa kini, bahasa Indonesia juga biasa menjadi lingua franca, misalnya ketika seseorang dari Sabang berkomunikasi dengan seseorang dari Merauke. Mereka menggunakan bahasa Indonesia sebagai jalan tengah.

Bahasa Inggris telah diakui oleh dunia sebagai bahasa internasional. Siapa pun yang ingin hidup global harus menguasai bahasa Inggris. Selain bahasa Inggris, PBB memang mengakui beberapa bahasa lain sebagai bahasa pengantar, yaitu bahasa Prancis, Rusia, China (Mandarin). Mereka dipilih karena digunakan oleh banyak manusia dan negaranya duduk di dewan keamanan.

Dari segi jumlah penutur, bahasa Indonesia juga unggul. Memang sulit untuk menandingi jumlah penutur bahasa Mandarin, tapi jumlah penutur bahasa Indonesia tidak kalah dari Rusia dan Prancis. Masalahnya, bahasa Rusia dan Prancis yang digunakan di negara lain menggunakan dialek yang berbeda. Tidak jarang bahkan bahasa Prancis harus bersandingan dengan bahasa lain sebagai bahasa nasional di negara tersebut, misalnya Kanada (bahasa Inggris dan Prancis) dan Belgia (bahasa Jerman dan Prancis).

Bahasa Indonesia menguasai dan dikuasai oleh lebih dari 200 juta penutur yang dipayungi negara yang sama. Televisi menggugah para penutur untuk menggunakan bahasa Indonesia dialek Jakarta (bukan Betawi). Jadi, pengaruh bahasa daerah terhadap bahasa Indonesia semakin kecil. Bahasa Indonesia juga dapat digunakan di negara-negara berbahasa Melayu seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Apabila seorang turis sudah menguasai bahasa Indonesia, dia tidak perlu repot-repot belajar bahasa Malaysia lagi.
Faktor lainnya adalah tingkat kesulitan pemerolehan bahasa. Ketiga bahasa tersebut lebih sulit dipelajari daripada bahasa Inggris. Bahasa Prancis dan Rusia tidak hanya menggunakan kala (tenses) seperti bahasa Inggris, tetapi juga konjugasi (perubahan kata kerja berdasarkan kala) dan membedakan jenis kelamin kata benda (ini juga mempengaruhi kata sifat). Bahasa Mandarin bahkan mengenal lima nada suara yang membedakan arti dan tidak menggunakan huruf Latin.

Di sisi lain, bahasa Indonesia sangat mudah dikuasai, terutama tingkat dasar. Turis asing yang berwisata di Indonesia dapat berkomunikasi dengan kalimat-kalimat sederhana seperti “Saya lapar” atau “Di mana saya bisa beli ini?” dalam tiga hari. Kemampuan yang sama dalam bahasa China butuh waktu satu bulan atau lebih.

Bahasa Indonesia tidak mengenal kala, konjugasi, maupun jenis kelamin kata benda. Lafal bahasa Indonesia juga tidak sulit karena lebih tipis atau ringan. Hanya ada sedikit bunyi yang sulit, misalnya [ny] dan [ng]. Kalaupun orang asing bermasalah ketika mengucapkannya, orang Indonesia masih memahami maksudnya.

Bagaimana dengan bahasa-bahasa lainnya? Bahasa Korea dan Jepang mempunyai berbagai macam akhiran yang melekat pada kata kerja, tergantung situasi percakapan dan lawan bicaranya. Bahasa Arab mempunyai 10 tingkat intensitas kata kerja. Semua ini tidak ada di dalam bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia tingkat menengah dan lanjut memang lebih susah. Penggunaan imbuhan di dalam bahasa Indonesia bukanlah sesuatu yang sederhana. Namun, kehadiran seorang guru yang ahli dan sistematis dapat menanggulangi masalah ini. Kecenderungan bahasa Indonesia menyerap kosakata bahasa Inggris juga memudahkan orang asing untuk menambah kosakatanya. Kecenderungan seperti ini bukanlah sesuatu yang perlu dianggap sebagai kelemahan bahasa Indonesia karena bahasa Inggris pun banyak menyerap kosakata bahasa Latin dan Yunani.

Berdasarkan argumen-argumen di atas, saya rasa bahasa Indonesia pantas menjadi bahasa internasional, terutama di PBB. Tentu saja upaya yang harus dilakukan tidak hanya dari segi sosial dan budaya, tetapi juga ekonomi dan politik. Apabila posisi Indonesia semakin kuat di mata dunia, semakin banyak orang yang merasa perlu menguasai bahasa Indonesia. Dengan demikian, terwujudnya bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional bukan mimpi belaka.

Indonesia dan Malaysia Bersaudara di dalam Bahasa

Inilah salah satu hal yang kita “perebutkan” dengan negeri tetangga—bahasa. Sebagian orang yang awam terhadap ilmu bahasa (linguistik) mungkin bingung. Apakah bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia memang sama? Kalau pengguna kedua bahasa ini bisa saling mengerti tanpa mengikuti kursus bahasa asing dulu, mengapa tidak memakai nama yang sama saja—bahasa Melayu misalnya?

Hal pertama yang perlu dijelaskan adalah bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional Republik Indonesia, sedangkan bahasa Malaysia merupakan bahasa nasional Malaysia. Umumnya, bahasa Indonesia digunakan di Indonesia, sedangkan bahasa Malaysia digunakan di Malaysia.

Tapi mengapa ada universitas di Korea Selatan yang membuka jurusan bahasa Malaysia-Indonesia? Mengapa ada universitas di Amerika Serikat yang membuka jurusan bahasa Melayu, bukan bahasa Malaysia saja atau bahasa Indonesia saja?

Sebagai langkah pertama untuk memahami fenomena ini, mari kita simak kata-kata Harimurti Kridalaksana berikut ini.

Dari sudut intern linguistik, bahasa Indonesia merupakan salah satu varian historis, varian sosial, maupun varian regional dari bahasa Melayu. Dikatakan varian historis karena bahasa Indonesia merupakan kelanjutan dari bahasa Melayu, bukan dari bahasa lain di Asia Tenggara ini. Dikatakan varian sosial karena bahasa Indonesia dipergunakan oleh sekelompok masyarakat yang menamakan diri bangsa Indonesia, yang tidak sama dengan bangsa Malaysia atau bangsa Brunei yang mempergunakan varian bahasa Melayu lain. Dikatakan varian regional karena bahasa Indonesia dipergunakan di wilayah yang sekarang disebut Republik Indonesia (1991 : 2).

Menurut saya, hal yang sama dapat diterapkan pada bahasa Malaysia. Bahasa Malaysia merupakan salah satu varian historis, varian sosial, maupun varian regional dari bahasa Melayu. Jadi, baik bahasa Indonesia maupun bahasa Malaysia hanyalah varian bahasa, bukan dua bahasa yang berbeda. Mereka hanya varian—masih bersaudara.

Mengapa bahasa Melayu? Bahasa Melayu mempunyai sejarah yang panjang sebagai lingua franca (1991: 196) atau bahasa penghubung di daerah yang sekarang menjadi wilayah Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Itulah mengapa bahasa Melayu menjadi bahasa nasional di keempat negara tersebut.

Mengapa Indonesia dan Malaysia bersikeras menggunakan kata bahasa, padahal sebenarnya keduanya hanya menggunakan varian bahasa Melayu? Baik Indonesia maupun Malaysia merasa perlu memisahkan identitas bahasa nasionalnya dari bahasa Melayu di negara lain. Seperti yang dikatakan oleh Harimurti Kridalaksana (2005: 6), bagi kelompok-kelompok sosial tertentu, bahasa tidak sekadar merupakan sistem tanda, melainkan sebagai lambang identitas sosial. Dengan demikian, jelas terlihat bahwa bangsa Indonesia tidak ingin mempunyai identitas sosial yang sama dengan bangsa lain yang juga menggunakan bahasa Melayu, begitu pula bangsa Malaysia.

Namun bagaimanapun juga, bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia berakar dari bahasa yang sama, yaitu bahasa Melayu yang digunakan di Kepulauan Riau-Lingga dan pantai-pantai di seberang Sumatra (Steinhauer, 1991: 195). Itulah mengapa bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia mempunyai dasar-dasar yang sama. Maka, tidaklah mengherankan jika ada universitas yang menggabungkan bahasa Indonesia dengan bahasa Malaysia ke dalam satu jurusan/departemen.

Hal yang harus diperhatikan adalah sebagai varian sosial dan varian regional, bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia digunakan oleh kelompok orang yang berbeda dan di tempat yang berbeda. Perkembangan bahasa Indonesia dipengaruhi oleh perkembangan bangsa Indonesia dan apa yang terdapat dan terjadi di Indonesia sendiri. Begitu pula bahasa Malaysia.

Dengan demikian, dari tahun ke tahun, perbedaan antara bahasa Indonesia dengan bahasa Malaysia semakin besar. Bagaikan saudara yang diasuh di rumah berbeda, bukan tidak mungkin kedua bahasa ini tidak saling mengenal lagi ketika sudah tua nanti

Bahasa Indonesia

Bahasa Orya hanyalah salah satu dari sekitar 746 bahasa daerah yang ada di Indonesia. Bahasa-bahasa lokal di wilayah timur Indonesia umumnya tidak berasal dari bahasa yang serumpun dengan bahasa Melayu sehingga jarang sekali ditemukan kata-kata yang mirip dengan bahasa Indonesia. Tapi untunglah ada bahasa Indonesia sehingga jika kita misalnya harus pergi ke Papua kita tidak perlu belajar bahasa Orya dulu. Dengan bahasa Indonesia kita bisa berkomunikasi dengan penduduk di Papua.

Penempatan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dalam Undang-undang Dasar Negara Kesatuan RI 1945 telah menempatkan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu dan bahasa media massa, termasuk bahasa pengantar dalam pelaksanaan pendidikan anak bangsa di sekolah-sekolah dan universitas-universitas di seluruh Indonesia. Bahasa Indonesia juga bahasa yang resmi digunakan oleh pemerintah daerah seluruh Indonesia. Hasilnya, dari Sabang sampai Merauke seluruh rakyat Indonesia bisa berbahasa Indonesia.

Bagi generasi sekarang, persatuan yang diperjuangkan oleh pimpinan terdahulu mungkin tidak akan terlalu terasa magisnya. Kesaktian Sumpah Pemuda bisa jadi cukup sulit untuk dipahami karena Indonesia sudah bersatu dan bahasa Indonesia sudah menjadi bahasa persatuan ketika mereka lahir. Kalau Anda menjadi diplomat di luar negeri atau tinggal di luar negeri mungkin baru akan terasa bahwa bahasa Indonesia mampu menghadirkan rasa persatuan di kalangan warga negara Indonesia.

Dr. Tom Boellstorff , ahli anthropologi dari University Of California, Irvine, Amerika pernah melakukan penelitian tentang bahasa gay atau bahasa banci di Indonesia – bahasa yang digunakan sebagai sarana komunikasi kaum homoseksual di Indonesia. Dalam artikelnya “Gay Language and Indonesia: Registering Belonging” yang dimuat di Journal Of Linguistic Anthropology terbitan American Anthropological Association, Dr. Boellstorff menulis bahwa bahasa gay atau bahasa banci adalah salah satu bukti yang menunjukkan besarnya pengaruh bahasa persatuan Indonesia dalam pembentukan bahasa gay. Kemanapun kita pergi, tidak akan ada perbedaan yang berarti antara bahasa banci yang digunakan di Jakarta, Makasar atau Bali. Yang ada hanya bahasa banci Indonesia atau bahasa gay Indonesia. Seperti ada rasa kesatuan dan nasionalisme di kalangan homoseksual di seluruh Indonesia yang terbentuk lewat bahasa. Keberadaan bahasa banci walaupun ada kosa kata yang berasal dari bahasa daerah seperti bahasa Jawa atau bahasa Bali, pada proses transformasinya selalu mengacu pada tata bahasa Indonesia. Hal ini merupakan akibat atau konsekuensi dari posisi unik bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan yang memegang peranan penting dalam membangun rasa nasionalisme bangsa Indonesia. Bahasa banci inilah yang akhirnya menjadi bahasa gaul.

Bahasa Indonesia juga mempengaruhi pembentukan bahasa informal di Indonesia secara nasional. Seorang konsultan Amerika yang pernah selama enam belas tahun tinggal di Papua menyatakan ketakjubannya ketika mendapati bahasa Indonesia informal yang digunakan oleh penduduk di Jakarta dan pulau Jawa ternyata tidak berbeda jauh dengan bahasa Indonesia informal yang digunakan oleh penduduk di Papua.

Mungkin banyak yang tidak menyadari bahwa salah satu faktor pemelihara persatuan bangsa adalah bahasa. Tanpa kita sadari kita telah tumbuh menjadi bangsa yang menghargai persatuan. Toleransi kita terhadap perbedaan suku, ras, agama dan bahasa daerah sangat tinggi. Tidak ada bangsa Jawa, bangsa Papua atau bangsa Bali. Yang ada satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa, Indonesia.

Tahukah Anda, bahwa bahasa persatuan Indonesia yang kita anggap biasa-biasa saja ini diidamkan oleh negara tetangga? Di bawah ini adalah lontaran pemikiran yang dikutip dari www.malaysia.youthsays.com, sebuah wadah tempat generasi muda Malaysia bertukar pikiran, pendapat dan melontarkan pertanyaan,

Kenapa rakyat Malaysia tak suka berbahasa Melayu? Kita lihat ramai rakyat Malaysia yang tak suka berbahasa Melayu/Malaysia. Malahan laman web untuk generasi muda Malaysia sendiri tidak menggunakan bahasa kebangsaan atau sekurang-kurangnya dwibahasa. Sedangkan rakyat Indonesia yang berbilang bangsa membawa bahasa mereka ke serata dunia. Sila beri pendapat anda.

Posisi Bahasa Indonesia di Dunia
Sebagai bahasa persatuan bahasa Indonesia digunakan oleh lebih dari 240 juta orang penduduk Indonesia. (Data bulan Juli 2009: CIA The World Fact Book). Bahasa Indonesia juga dapat digunakan di negara-negara berbahasa Melayu seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.

Sejak bulan Maret 2009 situs informasi pendidikan luar negeri di Singapura secara lengkap bahkan ditampilkan dalam bahasa Indonesia. Situs ini dibuat untuk memudahkan siswa dan orang tua mendapatkan informasi lengkap dan cepat mengenai pendidikan di Singapura.

Konon saat ini ada 45 negara yang ada mengajarkan bahasa Indonesia, seperti Australia, Amerika, Kanada, Vietnam, dan lain-lain. Bagaimana sebenarnya posisi bahasa Indonesia dibandingkan dengan bahasa lain?

Dengan jumlah penutur lebih dari 240 juta seharusnya bahasa Indonesia mampu menjadi lingua franca di Asia atau sedikitnya Asia Timur dan menjadi bahasa pilihan warga asing di dunia sebagai bahasa asing kedua atau ketiga.

Pada kenyataannya bahasa Indonesia tidak sepopuler bahasa Jepang yang hanya memiliki 128 juta penutur. Atau bahasa Jerman yang hanya memiliki 96 juta penutur.

Menurut majalah Forbes edisi Februari 2008 10 bahasa paling populer yang dipelajari oleh mahasiswa di Amerika adalah: Spanyol, Perancis, Jerman, Itali, Jepang, Cina/Mandarin, Latin, Rusia, Arab dan Yunani Kuno. Hanya mereka yang tertarik di bidang geopolitiklah yang mempelajarai bahasa Swahili, Urdu, Farsi dan Indonesia, karena orang-orang yang memiliki keahlian berbicara dalam bahasa-bahasa ini sangat diminati oleh FBI(Federal Bureau of Investigation).

Seiichi Okawa, koresponden salah satu stasiun TV Indonesia di Tokyo, bercerita bahwa sejak tahun 2003, minat warga Jepang untuk belajar bahasa Indonesia turun tajam. Bangkitnya perekonomian Cina dan juga tingginya pengaruh sinetron-sinetron Korea yang banyak diputar di Jepang membuat orang Jepang lebih suka belajar bahasa Cina atau Korea. Mahasiswa yang belajar bahasa Indonesia umumnya bukan karena ingin belajar bahasa Indonesia tapi karena tidak diterima di jurusan bahasa Inggris, Perancis dan bahasa lainnya.

Sampai tahun 1990-an bahasa Indonesia adalah salah satu bahasa asing yang paling populer di Australia. Banyak sekali sekolah-sekolah menengah mengajarkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Kini, popularitas bahasa Indonesia di mata para pelajar Australia berada di bawah bahasa Jepang dan Cina. Rahmad Nasution, koresponden kantor berita Antara di Brisbane, Australia, menulis di blog-nya bahwa selama kurun waktu dari tahun 2001 hingga 2007 penurunan jumlah mahasiswa yang mengambil bahasa Indonesia yang masih diajarkan di 20 lembaga pendidikan tinggi ini mencapai 12 persen. Sementara jumlah mahasiswa yang mengambil program bahasa Arab di lima perguruan tinggi tumbuh sebesar 78 persen, bahasa Cina yang diajarkan di 26 institusi tumbuh 30 persen, Korea (15,3 persen), dan Jepang (1,5 persen). Jumlah kolese dan sekolah lanjutan yang mengajarkan bahasa Indonesia pun makin sedikit. Akibatnya banyak Universitas yang harus menutup departemen bahasa Indonesia. Kondisi ini tidak hanya meresahkan banyak guru-guru dan dosen-dosen bahasa Indonesia karena harus kehilangan pekerjaan tapi juga pemangku kepentingan diplomasi Republik Indonesia di Australia.

Banyak faktor yang menyebabkan bahasa Indonesia tidak lagi populer di Australia. Selain perubahan arah politik selama pemerintahan John Howard, pemberlakuan peringatan perjalanan atau ‘travel advisory’ yang dikeluarkan pemerintah Australia setelah peristiwa bom bali banyak menghambat kunjungan warga Australia yang ingin mengunjungi Indonesia dalam rangka belajar bahasa Indonesia. Adanya sejumlah persyaratan dari pemerintah Australia yang wajib dipenuhi seorang guru sebelum diperbolehkan mengajar di negara itu juga membuat pemerintah Indonesia tidak dapat begitu saja mendatangkan guru bahasa Indonesia. Akibatnya, kekurangan tenaga pengajar bahasa Indonesia di sekolah lanjutan banyak diisi oleh warga Malaysia.

Dr. James Sneddon, associate professor dari Griffith Unversity yang kini sudah pensiun, menyayangkan bentuk promosi yang menekankan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang mudah. Hal ini memberi dampak yang negatif terhadap bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia dianggap tidak penting. Seperti di Jepang, mahasiswa-mahasiswa yang dianggap kurang pandai selalu diarahkan untuk mengambil bahasa Indonesia. Akhirnya bahasa Indonesia berkesan sebagai bahasa yang hanya cocok dipelajari oleh orang-orang yang bodoh saja. Menurut Dr. Sneddon, yang telah banyak menulis buku tentang pengajaran bahasa Indonesia, sebagaimana layaknya sebuah bahasa, bahasa Indonesia sama susahnya dengan bahasa lain. Bahasa Indonesia harus dipelajari dengan serius seperti kita belajar bahasa Inggris, Perancis dan lain-lain.

Selain itu kemahiran perdana menteri Australia, Kevin Rudd, berbahasa Mandarin kini ikut mempengaruhi melonjaknya minat orang Australia belajar bahasa Cina.

Banyak warga Australia yang sudah bertahun-tahun belajar bahasa Indonesia merasa kecewa karena tidak dapat menggunakannya ketika berkunjung ke Indonesia. Bahasa percakapan yang didengar tidak seperti bahasa Indonesia yang dipelajari di universitas. Diglosia di dalam bahasa Indonesia tidak pernah diajarkan. Baru beberapa tahun terakhir saja bahasa informal mulai dimasukkan ke dalam kurikulum. Dalam wacana lisan formal banyak para penutur di Indonesia yang tidak menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dan cenderung bebas. Hal ini menimbulkan kebingungan, kata mereka.

Bahasa Indonesia di Indonesia
Bagaimana keadaannya di Indonesia? Ternyata meski digunakan setiap hari, masih banyak masyarakat yang tidak menguasai bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Mata pelajaran bahasa Indonesia sangat kurang diminati para siswa. Hasil Ujian Nasional selalu menunjukkan banyaknya siswa yang memiliki nilai ujian bahasa Inggris yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ujian bahasa Indonesia. Diantara 6 mata pelajaran yang diujikan, Bahasa Indonesia menempati peringkat tersusah untuk dipelajari.

Banyak guru menyayangkan bahwa selama ini pendidikan bahasa Indonesia di sekolah-sekolah hanya menjadi semacam syarat. Murid tidak memahami secara mendalam tentang tata cara dalam berbahasa yang sesungguhnya. Padahal bahasa akan terbina dengan baik apabila sejak dini anak-anak dilatih dan dibina secara serius. Idealnya para siswa harus dibiasakan membaca koran, karya-karya sastra, menulis esei dan menganalisa tulisan serta menonton siaran berita televisi.

Namun hal ini juga belum tentu menyelesaikan persoalan. Karena saat ini tidak semua media memiliki acuan dalam pembakuan kosa kata dan istilah sehingga terjadi ketidakseragaman istilah yang pada gilirannya merusak bahasa Indonesia dan membingungkan penuturnya.

Pemerintah Daerah pun umumnya kurang perduli terhadap penggunaan bahasa Indonesia. Ketidaktertiban dalam berbahasa banyak sekali ditemukan di ruang publik.

Ketika presiden Amerika Barack Obama mengunjungi Departemen Luar Negeri AS pada hari kedua pelantikannya dan menyapa seorang karyawannya dalam bahasa Indonesia, peristiwa itu diberitakan ramai – ramai di Indonesia. Seluruh bangsa Indonesia merasa bangga bahwa seorang presiden Amerika bisa berbicara dalam bahasa Indonesia. Walaupun yang diucapkannya hanya “Terima kasih. Apa kabar?”.

Ketika Pemerintah Daerah Ho Chi Minh City, Vietnam, mengumumkan Bahasa Indonesia menjadi bahasa kedua secara resmi pada bulan Desember 2007, kita semua menyambut gembira berita itu karena merasa disejajarkan dengan Bahasa Inggris, Prancis dan Jepang

Kita selalu merasa bangga dan senang bukan kepalang kalau orang asing mampu berbicara dan menganggap penting bahasa Indonesia. Sebaliknya kita tidak merasa terganggu ketika sebagian dari kita tidak mahir berbahasa Indonesia.

Dr. Anton M. Moelyono pernah berkata:. “Sebuah bahasa berpeluang menjadi bahasa internasional karena kecendekiaan dan kemahiran para penutur itu berbahasa”

Memaksimalkan Kaidah Bahasa

Pada zaman Orde Baru, kita sebagai pengguna bahasa Indonesia begitu patuh dengan prinsip ’gunakan Indonesia dengan baik dan benar’. Benar dan baik di sini didasarkan pada ukuran kebahasaan para penguasa pada waktu itu di mana mereka nyaris menjadi satu-satunya pihak yang menguasai ranah publik kebahasaan. Gaya bahasa penguasa pada waktu itu harus dipahami sebagai ukuran masyarakat umum untuk berbahasa sehingga orang yang berbeda, seperti almarhum Yus Badudu, pengajar bahasa Indonesia di TVRI, harus meninggalkan pekerjaannya karena dianggap tidak tahu bahasa Indonesia yang baik dan benar. Akibat penguasaan ini, kreativitas berbahasa masyarakat menjadi miskin, daya nalar dan imajinasi menjadi tumpul. Dalam kurun waktu tiga puluh lima tahun berkuasanya Orde Baru, masyarakat dicekoki kosa kata para pejabat yang bercerita tentang keberhasilan pembangunan yang serba verbalistik-formalistik.

Beberapa tahun belakangan, sejalan dengan reformasi, bahasa sekarang betul-betul menjadi ranah publik di mana tak seorang pun dan tak sekelompok pun bisa mengklaim cara berbahasa mereka lebih baik dan lebih benar dari yang lain. Perkembangan ini jelas positif karena memang bahasa adalah milik segenap lapisan masyarakat. Kenyataan ini merangsang setiap kelompok masyarakat baik para jurnalis, aktivis, politisi, ahli hukum, ekonom, seniman, agamawan, atau masyarakat biasa, untuk mengembangkan gaya bahasa mereka masing-masing. Perkembangan yang paling menarik adalah munculnya sekelompok orang yang menginginkan bahasa Indonesia dapat berfungsi lebih maksimal. Aspek fungsional di sini adalah bahwa bahasa tidak sekedar alat untuk berkomunikasi, namun bagaimana tata bahasa yang ada namun tidak pernah digunakan difungsikan secara maksimal untuk mendapatkan kata-kata baru yang lebih simpel namun efisien dan efektif.

Contoh yang sederhana saja adalah awalan ‘pe’. Sejak kecil kita tahu bahwa awalan pe yang berada di depan kata kerja berarti pelaku atau orang yang melakukan. Pencuri artinya orang yang mencuri, penulis artinya orang yang menulis, dan seterusnya. Namun awalan ini hanya digunakan dengan kata-kata yang itu-itu saja, dan jarang digunakan dengan kata-kata lain yang baru. Berapa banyak di antara kita yang menggunakan kata-kata: pesinetron, pebulutangkis, pesepakbola, pebasket, pedangdut, pesepeda, pesepaturoda, pemobil, pemotor, pebecak, dan banyak lagi kata-kata baru yang sebenarnya ada dalam struktur tata bahasa kita, namun karena kita tidak kreatif, mereka nyaris tidak pernah meluncur. Pada umumnya kita menggunakan kata-kata: pemain sinetron, pemain bulutangkis, pemain sepakbola, pemain basket, penyanyi dangdut, pengendara sepeda, pemakai sepatu roda, pengendara mobil, pengendara motor, dan tukang becak. Kelihatannya ini masalah sepele. Namun gejala ini merupakan cerminan dari daya kreativitas yang rendah untuk membuat kata-kata yang sederhana namun efektif.

Bila pola ini diteruskan kita akan mendapatkan banyak kata untuk mendapatkan istilah-istilah yang lebih fungsional. Coba, untuk menerjemahkan kata Inggris timer saja, paling tidak kita butuh dua atau kadang tiga kata: ”penghitung waktu” atau ”alat penghitung waktu”. Kedua istilah ini jelas terlalu panjang. Mengapa kita tidak memfungsikan awalan pe sehingga kita mendapatkan kata”pewaktu”—artinya yang menentukan waktu—yang lebih pendek. Bila awalan ini kita kombinasikan dengan akhiran an, kita akan mendapatkan kata ”pewaktuan” sebagai ganti ”penentuan waktu” atau ”pemilihan waktu”. Terdengar aneh? Memang, namun lama kelamaan akan terbiasa. Ketika pertama kali sebuah kata ditemukan, maknanya sebenarnya dipaksakan secara sistematis bagi para pendengarnya. Bila mereka menyukainya, maka ia akan diterima dan menjadi milik bersama. Bila tidak, ia akan hilang begitu saja. Ada negosiasi antara si pembuat atau penemu kata dengan para pendengarnya.

Kasus awalan pe ini adalah salah satu kasus kecil saja dari sekian banyak kasus yang ada dalam kebiasaan berbahasa kita yang cenderung monoton dan tidak kreatif. Inilah sebenarnya makna prinsip bahwa bahasa menunjukkan bangsa. Prinsip ini tidak hanya bermakna bahwa kita adalah pemakai bahasa yang berbeda dengan bahasa masyarakat lainnya di dunia, namun juga menyiratkan bagaimana bahasa yang kita miliki melahirkan sebuah sistem pengetahuan yang canggih yang dapat mengatasi berbagai persoalan kebahasaan. Dulu kita hanya tahu bahwa untuk adalah kata depan. Namun dengan kombinasi awalan perdan akhiran an ditemukan kata peruntukan, seperti dalam kalimat, Pembangunan di Jakarta banyak melanggar peruntukan tanah, kata untuk menjadi konsep yang canggih.

Beberapa tahun yang lalu, dalam sebuah tulisannya tentang masyarakat madani, Dawam Rahardjo ”menemukan” kata kesalingan (hormat menghormati, harga menghargai, sayang menyayangi, cinta mencintai, dst) untuk menyebut prinsip yang mendasari terbentuknya masyarakat ini. Kata itu ia gunakan untuk menerjemahkan kata Inggris mutuality. Mungkin kata ini sudah digunakan sebelumnya oleh orang lain. Namun yang penting adalah munculnya kesadaran untuk memfungsikan kata-kata Indonesia yang ternyata mampu untuk tampil ringkas dan padat.

Di samping memfungsikan kaidah-kaidah bahasa yang tidur, kalangan fungsionalis juga mengusahakan kosa kata bahasa Indonesia dapat dipergunakan secara luas untuk menerjemahkan kata-kata asing. Tentu kita sadar betapa banyak kata-kata asing berseliweran di tengah-tengah kita dan kita tidak melakukan apa-apa. Di bidang media ada headline news, host, presenter, breaking news; di bidang ekonomi:profit taking, rebound, capital flight, hot money; di bidang cyber media: down load, browsing,searching, connecting, blogging, dan banyak lagi. Pendek kata serbuan kata-kata asing terjadi di semua bidang kehidupan. Mungkin ada ratus bahkan ribuan istilah-istilah asing yang ditelan ’bulat-bulat’ oleh masyarakat kita. Bila ini terus dibiarkan, bukan tidak mungkin lima sampai sepuluh tahun ke depan, bahasa Indonesia tidak akan banyak berbeda dengan bahasa Inggris. Apalagi masyarakat kita—terutama para artis dan penyanyi yang terlanjur merasa menjadi public figure, padahal sebenarnya adalah figur yang dikenal publik—merasa lebih hebat bila dalam percakapan mereka diselingi kata-kata Inggris untuk memberi kesan bahwa mereka sering wara-wiri ke luar negeri.

Kalangan fungsionalis menggunakan kata-kata yang ada dalam perbendaharaan bahasa Indonesia untuk menerjemahkan istilah-istilah asing. Beberapa tahun yang lalu, kita tentu masih ingat penggunaan istilah “illegal logging” untuk menyebut praktik pencurian dan penebangan kayu secara liar. Sekarang kita mempunyai istilah “pembalakan liar”. Dan sekarang istilah ini digunakan secara luas. Munculnya istilah ini menyadarkan kita bahwa ternyata bahasa Indonesia mampu berfungsi lebih maksimal lagi.

Bicara tentang fungsionalisasi bahasa, mungkin ada baiknya kita perhatikan sejenak bagaimana kaum pinggiran, anggota masyarakat biasa yang terdiri dari para supir, kenek, pengojek, pembecak, dan semacamnya, membuat istilah. Untuk pengecatan seluruh permukaan mobil, mereka punya istilah menyiram; memotong per agar mobil lebih rendah menceperkan; mengutak-atik mesin agar mobil berlari kencang mengilik; mobil yang dipercayakan pada seorang supir batangan. Mereka juga yang menemukan istilah dangdutan, menikmati pertunjukan musik dangdut; cabutan, pemain dari kampung lain yang disewa dalam sebuah pertandingan; tarikan, barang yang ditarik dari pemiliknya karena tidak bisa membayar cicilan; tujuhbelasan, memperingati tujuh belas agustus; tahunbaruan, memperingati malam tahun baru. Jadi, siapa sebenarnya yang lebih kreatif?

Kata, frasa, klausa, dan kalimat

Keempat istilah yang menjadi judul tulisan ini sering membingungkan orang yang belum sempat mempelajari linguistik: termasuk saya. Definisi yang diperoleh pada KBBI seperti yang tercantum di bawah ini pun tidak menolong menyembuhkan kebingungan tersebut.

* Kata adalah satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri.
* Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif.
* Klausa adalah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat dan berpotensi menjadi kalimat.
* Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa.

Jadi apa bedanya?

Dari definisi yang diberikan, terlihat bahwa urutan satuan tersebut, dari yang terkecil sampai yang terbesar, adalah (1) kata, (2) frasa, (3) klausa, dan (4) kalimat. Agar lebih jelas, ada baiknya kita bedah suatu contoh seperti di bawah ini.

Pejabat itu pernah mengatakan bahwa Indonesia dapat berperan aktif dalam perdamaian dunia.

Kalimat dan kata paling mudah dikenali. Contoh tersebut adalah satu kalimat yang relatif berdiri sendiri dan memiliki intonasi final. Kalimat tersebut tersusun dari 12 kata yang dikenali sebagai satuan yang dipisahkan olehspasi.

Klausa dikenali dari bagian yang memiliki subjek dan predikat serta memiliki potensi menjadi kalimat. Kalimat itu memiliki 2 klausa yang dihubungkan dengan kata bahwa, yaitu (1) pejabat itu pernah mengatakan dan (2)Indonesia dapat berperan dalam perdamaian dunia.

Menguraikan frasa sedikit lebih sulit. Frasa paling sedikit harus terdiri dari dua kata dan tidak memiliki subjek-predikat. Kalimat tersebut memiliki 4 frasa: (1) pejabat itu, (2) pernah mengatakan, (3) dapat berperan aktif, (4)perdamaian dunia. Kata bahwa, Indonesia, dan dalam tidak dimasukkan dalam frasa karena memiliki fungsi sendiri dalam bentuk tunggal.

Mudah-mudahan saya tidak salah dalam menjabarkannya. Maklum, tulisan ini dibuat dalam upaya untuk belajar juga.

Jumat, 19 November 2010

Lima Pilar Utama

Rasulullah Saw. bersabda:

“Islam itu dibangun di atas lima perkara, yaitu: Bersaksi tiada sesembahan yang haq kecuali Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, mengeluarkan zakat, mengerjakan haji ke Baitullah, dan berpuasa pada bulan Ramadhan.” (HR Bukhari dan Muslim)

“Islam dibangun di atas lima perkara, mengesakan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, puasa Ramadhan, dan menunaikan haji.” (HR Muslim)

Bersyahadat bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali hanya Allah Swt. dan Nabi Muhammad Saw. adalah utusan-Nya adalah pilar pertama di dalam berislam. Keislaman seseorang selanjutnya sangat perlu untuk dibangun dengan empat pilar berikutnya, yakni mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji ke tanah suci bagi yang berkuasa atau mampu. Setiap pilar dalam berislam apabila ditegakkan dengan sungguh-sungguh akan mempunyai pengaruh yang sangat dahsyat dalam kehidupan seseorang. Seseorang tidak mudah goyah, hidup menjadi lebih dinamis, dan lebih mudah dalam mencapai kesuksesan dan kebahagiaan.

Pesan Nabi Yusuf Terlupakan Oleh Kaum Muslimin

Sura Yusuf (12) merupakan rujukan utama Kaum Muslimin untuk menabung dan berasuransi. Akan tetapi Sura Yusuf ini hanya tersosialisasi pada kaum Muslimin sebagai Sura yang dibacakan kepad Ibu Hamil supaya janinnya kelak ganteng seperti Nabi Yusuf. Namun makna yang terkandung dalam Sura Yusuf sesunggungnya banyak sekali, bukan hanya sebagai Sura yang dibacakan untuk Ibu Hamil. Dalam Sura Yusuf telah mencatat perdagangan orang, sifat diskriminasi orang tua terhadap anak, hakim yang adil, penguasa yang lalim, tabir mimpi, dan terpenting tentang menabung dan berasuransi.

Pada saat saya mengikuti training asuransi Pelatihnya bukan seorang muslim, namun ia secara cerdas dan sadar menjelaskan firman Allah dalam Sura Yusuf terutama ayat 47 dan 48. Ini mujizat Quran untuk Manusia (bukan hanya kaum Muslimin).

Sura Yusuf ayat 47, bunyinya “Yusuf berkata: “Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Ayat 48. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan.

Sungguh dahsyat ayat ini telah memberikan petunjuk yang pasti bahwa manusia tidak selamanya mapan, namun suatu waktu akan merasakan kesengsaraan. Hal ini dapat dianalogikan - saat sehat kita mengumpulkan semua harta, pada masa sulit merasakan jeri payah selama masa sehat.

Pertanyaannya sekarang mengapa Kaum Muslim tidak banyak menabung dan berasuransi? Jawaban sementara, belum banyak ustad yang diamanahi untuk mencerdaskan umatnya, secara sadar memperkenalkan ayat-ayat Al-Quran yang telah teruji. Selain itu…para ustad masih berkutat dengan masalah hilafiah. Yang seharusnya mereka memberikan pemahaman yang mumpuni kepada umatnya, justru mereka lebih banyak menakut-nakuti umatnya.

Masjid Corong Perbankan dan Asuransi

Sudah saatnya Masjid sebagai corong Perbankan dan Asuransi. Tidak henti-hentinya ustad Antonio Safei memperkenalkan mengenai Bank Syaria, namun upaya beliau belum banyak mendapat sukungan yang masif sampai ke daerah Perdesaan.

Ustad dan imam Masjid patut mengoreksi diri - apakah telah menjadikan Al-Quran sebagai rujukan utama dalam membangun umat? Jika belum, maka sudah saatnya untuk berubah. Selama ini Al-Quran terkenal bukan oleh Kaum Muslimin, justru oleh umat lain - lihat saja mereka yang sukses memperkenalkan Asuransi, Lebah, dan lain-lain mereka yang menjadikan Al-Quran sebagai rujukan utama, meskipun mereka tidak secara nyata menyatakan. Begitu juga, jika kita memperhatikan literatur tentang motivasi, maka sebagian besar rujukannya Al-Quran dan Al-Hadist. Itupun juga mereka tidak secara nyata menyebutkannya. Hanya mereka yang secara sadar telah menyelesaikan pembacaan Al-Quran dan Al-Hadist dapat menemukannya.

Mungkin masih segar dalam ingatan kita mengenai ”Kelapa Sawit” mengalami masa booming sekitar beberapa tahun. Para petani dan pengusaha terus memperluas lahannya, namun mereka lupa menabung dan mengantisipasi. Saat terjadinya Kelapa Sawit mengalami penurunan, petani dan pengusaha kelagapan. Intinya, mereka lupa pesan dalam Sura Yusuf (12).

Begitu juga banyak kaum Muslim yang miskin tidak dapat menyekolahkan anaknya, karena mereka belum menjadikan Al-Quran sebagai pegangan hidup, selain mereka tidak punya Quran, juga tidak bisa baca. Ini semua menjadi tanggung jawab Masjid.

Pesan Allah kepada Nabi Muhammad untuk umat Manusia Baca…Baca…Baca… Bukan hanya baca huruf tetapi semua pesan yang ada di alam.

Ayo Menabung dan Berasuransi…

Prinsip Belajar

Seperti halnya kegiatan-kegiatan lain, ternyata belajar juga mempunyai prinsip-prinsip diantaranya belajar sebagai suatu pengalaman yang terjadi di dalam diri ndividu yang diaktifkan oleh individu itu sendiri, belajar sebagai penemuan diri sendiri, belajar sebagai konsekuensi dari pengalaman, belajar sebagai proses kerja sama dan kolaborasi, belajar sebagai proses evolusi, belajar merupakan proses pemaksaan, belajar merupakan proses emosional dan intelektual, belajar bersifat indvidual dan unik.

Belajar adalah suatu pengalaman yang terjadi di dalam diri individu yang diaktifkan oleh individu itu sendiri. Artinya, belajar bukan melakukan apa yang dikatakan atau yang diperbuat oleh pengajar saja tetapi merupakan proses perubahan dalam diri pelajar sendiri untuk mau melakukan dengan kemauan sendiri apa yang dikehendaki olehnya.

Belajar adalah penemuan diri sendiri, hal ini mengandung arti belajar adalah proses penggalian ide-ide yang berhubungan dengan diri sendiri dan masyarakat sehingga pelajar dapat menentukan kebutuhan dan tujuan yang akan dicapai.

Belajar adalah konsekuensi dari pengalaman, seseorang menjadi bertanggung jawab ketika ia diserahi tanggung jawab. Ia dapat berdiri sendiri bila ia mempunyai pengalaman dan pernah berdiri sendiri. Untuk belajar yang efektif tidak cukup jika hanya memberikan informasi saja, tetapi kepada pelajar tesebut perlu diberikan pengalaman. Misalnya, diajari cara membuat kue, dengan resep yang telah tersedia kita belum tentu dapat membuat kue tersebut. Agar kita dapat membuat kue tersebut setidaknya kita harus pernah melihat dan mencoba membuatnya.

Belajar adalah proses kerja sama dan kolaborasi, pada hakikatnya manusia senang melakukan suatu hal-hal bersama-sama dan saling membantu. Dengan kerja sama, saling berinteraksi dan berdiskusi, disamping memperoleh pengalaman dari orang lain juga dapat mengembangkan pemikiran-pemikiran dan daya kreasi individu.

Belajar adalah proses evolusi, bukan revolusi karena perubahan perilaku memerluakan waktu dan kesabaran, perubahan perilaku merupakan suatu proses belajar yang membutuhkan waktu lama karena memerlukan pemikiran-pemikiran dan pertimbangan orang lain, contoh-contoh, dan mungkin pengalaman sebelum menerima atau berperilaku baru. Untuk itu diperlukan kesabaran dan ketekunan.

Belajar merupakan suatu paksaan dan terkadang menjadi proses yang menyakitkan karena menghendaki perubahan kebiasaaan yang sangat menyenagkan dan sangat berharga bagi dirinya, bahkan mungkin harus melepasakn sesuatu yang menjadi jalan hidup atua pegangan hidupnya. Untuk itu dalam memperkenalkan hal-hal baru yang menghendaki seseorang berperilaku baru sebaiknya dilakukan tidak secara drastis dan radikal. Harus berhati-hati dan sedikit demi sedikit sehingga individu mau meninggalkan perilaku lama dengan senang hati, tidak menyakitkan hati, dan tidak menimbulkan frustasi. Misalnya pada panti rehabilitasi, para pecandu narkoba dipaksa untuk belajar menghentikan penggunaan obat-obat terlarang. Dengan kesabaran, sedikit demi sedikit kebiasaan tersebut dapat hilang. Contoh lain, anak nakal yang dimasukkan ke pesantren, awalnya mungkin dia merasa tertekan, tapi lama-lama akan terbiasa.

Belajar adalah proses emosional dan intelektual, jadi belajar dipengaruhi oleh keadaan individu atau pelajar secara keseluruhan. Belajar bukan hanya proses intelektual tetapi emosi juga turut menentukan. Oleh karena itu hasil belajar sangat ditentukan situasi psikologis individu pada saat belajar. Bila seseorang sedang dalam keadaan kalut, murung, frustasi, konflik, dan tidak puas, maka jangan dibawa ke dalam suatu proses belajar karena hasilnya tidak akan memuaskan.

Belajar bersifat individual dan unik, setiap orang mempunyai gaya belajar dan keunikan yang berbeda-beda dalam belajar. Untuk itu pengajar harus menyediakan media belajar yang bermacam-macam sehingga tiap individu dapat memperoleh pengalaman belajar sesuai dengan keunikan dan gaya masing-masing.=)

Kecerdasan? Apa Itu?

Apa sih sebenarnya kecerdasan itu?

Orang bisa mengatakan kita cerdas/pandai dll. Tapi kebanyakan orang belum tentu tahu apa itu kecerdasan. Secara umum, kecerdasan bisa dikatakan sebagai istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar.

Klasifikasi kecerdasan

Gardner mengklasifikasikan kecerdasan sebagai berikut:

1. Naturalis

2. Kinestik tubuh

3. Linguistik

4. Logis matematik

5. Visual spasial

6. Musikal

7. Interpersonal

8. Intra personalasial

Sedangkan, menurut hasil tes IQ sebagai berikut :

Tingkat kecerdasan Deskripsi verbal Presentasi populasi dalam setiap kelompok

0-19 Idiote 1

20-49 Embisiclle

50-69 Moron 2

70-79 Inferior 6

80-89 Bodoh 15

90-109 Normal 46

110-120 Pandai 18

120-129 Superior 8

130-139 Sangat superior 3

140-179 Gifted

180> Genius 1

Faktor – factor kecerdasan

1. Faktor Bawaan

Faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Ada yang bodoh, agak pintar, dan pintar sekali.

1. Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas

Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar, sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.

1. Faktor Pembentukan

Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelengensi. Di sini dapat dibedakan antara pembentukan yang direncanakan, seperti dilakukan di sekolah atau pembentukan yang tidak direncanakan, misalnya pengaruh alam sekitarnya.

1. Faktor Kematangan

Organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.

Oleh karena itu, tidak diherankan bila anak-anak belulm mampu mengerjakan atau memecahkan soal-soal matematika di kelas empat sekolah dasar, karena soal-soal itu masih terlampau sukar bagi anak. Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk menyelesaikan soal tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan faktor umur.

1. Faktor Kebebasan

Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.

Kelima faktor tersebut di atas saling mempengaruhi dan saling terkait satu dengan yang lainnya. Jadi, untuk menentukan kecerdasan seseorang, tidak dapat hanya berpedoman atau berpatokan kepada salah satu faktor saja.

Kreativitas

Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa kreativitas pada intinya merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk cirri-ciri aptitude maupun non aptitude, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.

Faktor Kreativitas

1. Sikap social

Sikap sosial yang tidak menyenangkan harus dikurangi atau dihilangkan

1. Kondisi yang menyenangkan untuk kreatif

Semua kegiatan yang didasari atas kesenangan pasti akan menghasilkan sesuatu yang menyenagkan pula

1. Materi yang diberikan

Cara penyampaian materi harus bermacam – macam agar anak tidak bosan

1. Lingkungan keluarga dan sekolah

Selain keluarga, sekolah juga ikut berperan dalam membentuk kreativitas anak.

1. Orang tua

Orang tua sangat mempengaruhi pembentukan kreativitas anak. Mengapa? Karena sejak bayi orang tualah yang memberikan pendidikan kepada anak.

1. Pengasuhan anak

Pengasuh juga sangat berperan. Jika anak diasuh oleh pengasuh yang mempunyai pikiran kreatif, maka anak tersebut bisa ikut kreatif dan sebaliknya.

Pengembangan dalam KBM

Ø Menciptakan tugas yang dikehendaki anak

Ø KBM hendaknya dilandasi oleh rasa ingin tahu siswa.

Ø Proses pembelajaran yang dapat mengembangkan sensitivitas

Ø Kegiatan pembelajaran mengutamakan pengalaman belajar yang memberikan kelonggaran pada anak

Ø Hindari perilaku jugdmental dari guru

Ø anak bebas melakukan eksperimen.

Ø kesempatan bagi siswa untuk menentukan pilihannya sendiri.

Ø Anak anak dihadapkan kepada persoalan riil dalam kehidupan sehari hari

Rabu, 27 Oktober 2010

Perubahan Kata Baku Pada Penulisan dan Percakapan

Penggunaan Kata-Kata Baku

Masuknya kata-kata yang digunakan adalah kata-kata umum yang sudah lazim digunakan atau yang perekuensi penggunaanya cukup tinggi. Kata-kata yang belum lazim atau masih bersifat kedaerahan sebaiknya tidak digunakan, kecuali dengan pertimbangan- pertimbangan khusus. Misalnya:

Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku
- cantik sekali - cantik banget
- lurus saja - lempeng saja
- masih kacau - masih sembraut
- uang - duit
- tidak mudah - enggak gampang
- diikat dengan kawat - diikat sama kawat
- bagaimana kabarnya - gimana kabarnya

Penggunaan Ejaan Resmi Dalam Ragam Tulisan

Ejaan yang kini berlaku dalam bahasa Indonesia adalah ejaan yang disebut ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (singkat EyD) EyD mengatur mulai dari penggunaan huruf, penulisan kata, penulisan partikel, penulisan angka penulisan unsur serapan, sampai pada penggunaan tanda baca. Misalnya:

Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku
- bersama-sama - bersama2
- melipatgandakan - melipat gandakan
- pergi ke pasar - pergi kepasar
- ekspres - ekspres, espres
- system – sistim

Penggunaan Lafal Baku Dalam Ragam Lisan

Hingga saat ini lafal yang benar atau baku dalam bahasa Indonesia belum pernah ditetapkan. Tetapi ada pendapat umum bahwa lafal baku dalam bahasa Indonesia adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau lafl daerah.
Misalnya:

Bahasa Baku Bahasa Tidak Baku
- atap - atep
- menggunakan - menggaken
- pendidikan - pendidi’an
- kalaw - kalo,kalo’
- habis - abis
- dengan - dengen
- subuh - subueh
- senin - senen
- mantap - mantep
- pergi - pigi
- hilang - ilang
- dalam – dalem

Rabu, 20 Oktober 2010

Langkah setan menelanjangi wanita [cewek must see]

Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuan mu dan istri-istri orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untukdikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang. QS. Al-Ahzab (33) : 59.


Setan dalam menggoda manusia memiliki berbagai macam strategi, dan yang sering dipakai adalah dengan memanfaatkan hawa nafsu, yang memang memiliki kecenderungan mengajak kepada keburukan (ammaratun bis su).Setan tahu persis kecenderungan nafsu kita, dia terus berusaha agar manusia keluar dari garis yang telah ditentukan Allah Subhanahu Wa Taala, termasuk melepaskan hijab atau pakaian muslimah. Berikut ini tahapan-tahapannya.

I. MENGHILANGKAN DEFENISI JILBAB

Dalam tahap ini setan membisikkan kepada para wanita, bahwa pakaian apapun termasuk hijab (penutup) itu tidak ada kaitannya dengan agama, ia hanya sekedar pakaian atau mode hiasan bagi para wanita. Jadi tidak ada pakaian syar i, pakaian ya pakaian, apa pun bentuk dan namanya.

Sehingga akibatnya, ketika zaman telah berubah, atau kebudayaan manusia telah berganti, maka tidak ada masalah pakaian ikut ganti juga. Demikian pula ketika seseorang berpindah dari suatu negeri ke negeri yang lain, maka harus menyesuaikan diri dengan pakaian penduduknya, apapun yang mereka pakai.

Berbeda halnya jika seorang wanita berkeyakinan, bahwa hijab adalah pakaian syar i (identitas keislaman), dan memakainya adalah ibadah bukan sekedar mode. Biarpun hidup kapan saja dan di manasaja, maka hijab syar i tetap dipertahankan.

Apabila seorang wanita masih bertahan dengan prinsip hijabnya, maka setan beralih dengan strategi yang lebih halus. Caranya ?

1. Membuka Bagian Tangan

Telapak tangan mungkin sudah terbiasa terbuka, maka setan membisik kan kepada para wanita agar ada sedikit peningkatan model yakni membuka bagian hasta (siku hingga telapak tangan). Ah tidak apa-apa, kan masih pakai jilbab dan pakai baju panjang ? Begitu bisikan setan. Dan benar sangwanita akhirnya memakai pakain model baru yang menampakkan tangannya,dan ternyata para lelaki yang melihat nya juga biasa-biasa saja. Makasetan berbisik, Tuh tidak apa-apa kan ?


2. Membuka Leher dan Dada

Setelah menampakkan tangan menjadi kebiasaan, maka datanglah setan untuk membisikkan hal baru lagi. Kini buka tangan sudah lumrah, maka perlu ada peningkatan model pakaian yang lebih maju lagi, yakni terbuka bagian atas dada kamu. Tapi jangan sebut sebagai pakaian terbuka, hanya sekedar sedikit untuk mendapatkan hawa atau udara, agar tidak gerah.Cobalah ! Orang pasti tidak akan peduli, sebab hanya bagian kecil saja yang terbuka.

Maka dipakailah pakaian model baru yang terbuka bagian leher dan dadanya dari yang model setengah lingkaran hingga yang model bentuk huruf V yang tentu menjadikan lebih terlihat lagi bagian sensitif lagi dari dadanya.


3. Berpakian Tapi Telanjang

Setan berbisik lagi, Pakaian kok hanya gitu-gitu saja, cari model atau bahanlain yang lebih bagus! Tapi apa ya ? Sang wanita bergumam....

Banyakmodel dan kain yang agak tipis, lalu bentuknya dibuat yang agak ketat biar lebih enak dipandang, setan memberi ide baru.

Maka tergodalah si wanita, di carilah model pakaian yang ketat dan kain yangtipis bahkan transparan.
Nggak apa-apa kok, kan potongan pakaiannya masih panjang, hanya bahan dan modelnya saja yang agak berbeda, biar nampak lebih feminin, begitu dia menambahkan. Walhasil pakaian tersebut akhirnya membudaya di kalangan wanita muslimah, makin hari makin bertambah ketat dan transparan, maka jadilah mereka wanita yang disebut oleh Nabi sebagai wanita kasiyat ariyat (berpakaian tetapi telanjang).



4. Agak di Buka Sedikit

Setelah para wanita muslimah mengenakan busana yang ketat, maka setan datanglagi. Dan sebagaimana biasanya dia menawarkan ide baru yang sepertinyasegar dan enak, yakni dibisiki wanita itu, Pakaian seperti ini membuatsusah berjalan atau duduk, soalnya sempit, apa nggak sebaiknya di belahhingga lutut atau mendekati paha? Dengan itu kamu akan lebih leluasa,lebih kelihatan lincah dan enerjik.

Lalu dicobalah ide baru itu,dan memang benar dengan dibelah mulai bagian bawah hingga lutut ataumendekati paha ternyata membuat lebih enak dan leluasa, terutama ketikaakan duduk atau naik ke jok mobil. Yah tersingkap sedikit nggak apa-apalah, yang penting enjoy, katanya.

Inilah tahapan awal setan merusak kaum wanita, hingga tahap ini pakaian masih tetap utuh danpanjang, hanya model, corak, potongan dan bahan saja yang dibuatberbeda dengan hijab syar i yang sebenarnya. Maka kini mulailah setanpada tahapan berikutnya.

II. TERBUKA SEDIKIT DEMI SEDIKIT

Kini setan melangkah lagi, dengan trik dan siasat lain yang lebih ampuh,tujuannya agar para wanita menampak kan bagian aurat tubuhnya.

1. Membuka Telapak Kaki dan Tumit.

Setan Berbisik kepada para wanita, Baju panjang benar-benar membuat repot,kalau hanya dengan membelah sedikit bagiannya masih kurang leluasa,lebih enak kalau di potong saja hingga atas mata kaki. Ini baru agak longgar. Oh ada yang kelupaan, kalau kamu bakai baju demikian, maka jilbab yang besar tidak cocok lagi, sekarang kamu cari jilbab yangkecil agar lebih serasi dan gaul, toh orang tetap menamakannya dengan jilbab.

Maka para wanita yang terpengaruh dengan bisikan ini buru-buru mencari model pakaian yang dimaksudkan. . Tak ketinggalan sepatu hak tinggi, yang kalau untuk berjalan mengeluarkan suara yangmenarik perhatian orang.

2. Membuka Seperempat Hingga Separuh Betis

Terbuka telapak kaki telah biasa ia lakukan, dan ternyata orang orang yang melihat juga tidak begitu peduli. Maka setan kembali berbisik, Ternyata kebanyakan manusia menyukai apa yang kamu lakukan, buktinya mereka tidak bereaksi apa-apa, kecuali hanya beberapa orang. Kalau langkahkakimu masih kurang leluasa, maka cobalah kamu cari model lain yanglebih enak, bukankah kini banyak rok setengah betis dijual di pasaran ?Tidak usah terlalu mencolok, hanya terlihat kira-kira sepuluh sentisaja. (naik sedikit) Nanti kalau sudah terbiasa, baru kamu cari modelbaru yang terbuka hingga setengah betis.

Benar-benar bisikan setan dan hawa nafsu telah menjadi penasehat pribadinya, sehingga apayang saja yang dibisikkan setan dalam jiwanya dia turuti. Maka terbiasalah dia memakai pakaian yang terlihat separuh betisnya kemana saja dia pergi.

3. Terbuka Seluruh Betis

Lihat saja model pakaian di sana-sini, dari yang diemperan hingga yang yang bermerek kenamaan, seperti Cristian Dior,semuanya menawarkan model yang dirancang khusus untuk wanita maju di zaman ini. Kalau kamu tidak mengikuti model itu akan menjadi wanita yang ketinggalan zaman.

Demikianlah, maka pakaian yang menampakkan seluruh betis biasa dia kenakan, apalagi banyak para wanita yang memakainya dan sedikit sekali orang yang mempermasalahkan itu.Kini tibalah saatnya setan melancarkan tahap terakhir dari siasatnya untuk melucuti hijab wanita.

III. SERBA MINI

etelah pakaian yang menampak kan betis menjadi pakaian sehari-hari dan dirasa biasa-biasa saja, maka datanglah bisikan setan yang lain. Pakaian membutuhkan variasi, jangan itu-itu saja, sekarang ini modelnya rok mini, dan agar serasi rambut kepala harus terbuka, sehingga benar-bena r kelihatan indah.

Maka akhirnya rok mini yang menampakkan bagian bawah paha dia pakai, bajunya pun bervariasi, ada yang terbuka hingga lengan tangan, terbuka bagian dada sekaligus bagian punggung nya dan berbagai model lain yang serba pendek dan mini. Koleksi pakaiannya sangat beraneka ragam, ada pakaian pesta, berlibur, pakaian kerja,pakaian resmi, pakaian malam, sore, musim panas, musim dingin danlain-lain.

Begitulah sesuatu yang sepertinya mustahil untuk dilakukan, ternyata kalau sudah dihiasi oleh setan, maka segalanya menjadi serba mungkin dan diterima oleh manusia.

Hingga suatu ketika, muncul ide untuk mandi di kolam renang terbuka atau mandi di pantai, di mana semua wanitanya sama, hanya dua bagian paling rawan saja yang tersisa untuk ditutupi,kemaluan dan buah dada. Mereka semua mengenakan pakaian yang sering disebut dengan bikini. Karena semuanya begitu, maka harus ikut begitu,dan na udzu billah bisikan setan berhasil, tujuannya tercapai, Menelanjangi Kaum Wanita.



Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan:

Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapatmenolongmu dan kamu pun sekali-kali tidak dapat menolongku.Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku(dengan Allah) sejak dahulu. Sesungguhnya orang-orang yang lalim itu mendapat siksaan yang pedih. QS. Ibrahim (14) : 22.


Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti:

Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami. Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan ke luar dari api neraka. QS.Al-Baqarah (2) : 167

Demikian halus, cara yang digunakan setan,sehingga manusia terjerumus dalam dosa tanpa terasa. Semoga kita tidak terjerumus godaan-godaan setan, jangan sampai kita terjerumus ke dalam kebinasaan yang menyengsarakan, baik di dunia maupun di akhirat.

Wallahua'lam bishowab.

Saudagar Penipu dan Abu Nawas

Abu Nawas dan Cincin Permata

Suatu hari Abu Nawas mendapatkan hadiah berupa cincin berlian dari Sultan Harun al- Rasyid. Kepada para tetangganya, cincin itu selalu dipamerkan, bahkan ke mana pun ia pergi selalu dipakainya pada jari manis kanannya. Dari jauh cincin berlian itu tampak gemerlapan, sehingga menarik perhatian dan rasa kagum orang yang melihatnya.

Ketika Abu Nawas berjalan di depan rumah seorang saudagar permata, cincin itu memukau perhatian si saudagara. Belum pernah rasanya permata semacam itu dilihatnya. Harganya kira-kira sepuluh ribu dinar, taksirnya dalam hati.

“Hai Abu Nawas, singgahlah barang sebentar ke mari,” panggilnya dari depan pintu rumah.

Ketika Abu Nawas mendekat, saudagar itu segera menyongsongnya dengan wajah berseri-seri.

“Darimana engkau membeli cincin yang begitu bagus?” Tanya saudagar itu seraya mengamat-amati cincin permata di jari manis kanan Abu Nawas.

“Hadiah dari Baginda Sultan Harun al-Rasyid,” jawab Abu Nawas bangga.

Jawaban itu menguatkan dugaannya bahwa permata itu memang amat berharga dn bukan barang palsu.

“Aku bersedia membelinya dengan harga mahal,” bujuk saudagar itu.

Abu Nawas menggelengkan kepalanya.

“Siapa tahu cincin itu dirampas penjahat di jalan. Lebih baik kau jual saja, maka uangmu dapat kau belikan apa saja,” ujar saudagar itu menakut-nakuti. “Aku bersedia membayarmu tiga ribu dinar,” sambungnya.

Abu Nawas orang yang pandai, tak gampang terbujuk, apalagi tertipu. Ia tahu bahwa harga cincin itu kira-kira sepuluh ribu dinar. Tawaran itu didiamkannya saja. Dari saku bajunya dilkeluarkan sapu tangan, lalu digosoknya cincin itu dengan sapu tangan. Makin berkemilaulah berlian itu.

“Abu Nawas, dengarlah, modalku seluruhnya berjumlah empat ribu dinar. Baiklah seluruh uangku yang empat ribu dinar aku bayarkan kepadamu. Boleh, kan?” tawar saudagar itu.

“Mana boleh permata yang beini indah hanya ka hargai empat ribu dinar.” Sahut Abu Nawas hendak melangkah pergi.

“Tunggu dulu, Abu Nawas,” cegah saudagar itu. “jika aku punya uang lebih dari itu, akan kuberikan kepadamu semuanya. Barangkali dua-tiga hari lagi akan kubawakan engkau uang lima ribu dinar. Karena itu jangan kau jual cincinmu kepada orang lain.”

Abu Nawas hanya senyum-senyum saja, lalu pergi.

Cincin itu memang tak pernah lepas dari jari manis kanannya. Ketika tidur malam harinya pun cincin itu tetap tersunting di jari.

Malam itu Abu Nawas bermimpi. Dalam mimpi itu saudagar datang membawa uang lima ribu dinar, Melihat uang sebanyak itu abu Nawas tergiur. Tanpa pikir panjang diterimanya uang sebanyak itu, lalu diberikannya cincinnya. Begitu girang hatinya memiliki uang lima ribu dinar, lalu menari-nari, bahkan berjingkrak-jingkrak. Tangannya bertepuk-tepuk, kakinya menghentak-hentak, kepalanya bergoyang ke kiri ke kanan, pinggulnya meliuk-liuk sehingga keseimbangan badannya menjadi goyah. Tiba-tiba…,gedebuk! Abu Nawas terjatuh.

Ternyata ia terjungkal dari tempat tidur ke lantai. Ia terjaga, jidatnya terasa nyeri karena terantuk lantai. Ia tersadar dari mimpinya.

Yang pertama-tama dilakukannya ialah mengamat-amati cincin pada jari manis kanannya. “Oh, masih ada,” pikirnya. Ia merasa heran mengapa cincin itu masih tetap tersunting di jarinya, padahal uang pembayaran dari saudagar permata itu sudah diterimanya.

Esok harinya ia menceritakan mimpinya itu bukan saja kepada istrinya, tetapi juga kepada tetangga-tetangganya.Bahkan kepada semua orang yang berjumpa dengannya diceritakanlah perihal mimpinya itu. “Aku sudah menerima uang pembayaran sebanyak lima ribu dinar, tapi cincinku belum diamil oleh saudagar yang membelinya,” katanya dengan terheran-heran.

Mimpi Abu Nawas yang aneh itu segera beredar dari mulut ke mulut. Akhirnya saudagar permata itu pun mendengarnya. “Kalau begitu aku berhak mengambil cincin itu,” pikirnya. “Bukankah aku sudah membayarnya, bahkan Abu Nawas pun mengaku telah menerima uang pembayaran dariku,”

Saat itu juga ia berangkat menuju rumah Abu Nawas.

Dengan napas terengah-engah ia tiba di rumah Abu Nawas. “Abu Nawas,” ujarnya, “Mana cincin berlian yang sudah kubeli?”

“Eh,tapi…, sahut Abu Nawas tersendat.

“Jangan pura-pura lupa, Abu Nawas. Semalam aku sudah membayarmu lima ribu dinar, bukan?” kata saudagar itu sambil telunjuknya pada dada Abu Nawas.

“Ya, betul,” ujar Abu Nawas. Tapi ada dua hal yang masih harus kita sepakati. Pertama, harga lima ribu dinar itu masih terlalu murah. Genapilah jadi enam ribu dinar. Kedua, karena cincin permata itu pemberian Sultan Harun al Rasyid, serah terima cincin itu harus disaksikan pula oleh baginda. Dengan kesaksian baginda, engkaupun akan yakin bahwa cincin itu memang benar-benar pemberian Baginda,”

“Baiklah, aku tambah seribu dinar nanti, setelah Baginda mengakui cincin itu berasal pemberian baginda kepadamu,” sahut saudagar itu.

“aku berganti pakaian dulu, lantas kita berangkat bersama-sama ke istana,” kata Abu Nawas sambil masuk ke dalam kamar.

Dengan mengenakan pakaian yang paling bagus Abu Nawas menemui lagi saudagar itu. “Kita berangkat sekarang!’ ajaknya.

“Hai, mengapa jari manis kananmu kau balut dengan sapu tangan putih?” tanya saudagar seraya menunjuk jari manis kanan Abu Nawas. Jari itu tertebabt kain tebal.

Engkau memperingatkan aku kemarin agar aku berhati-hati karena penjahat yang melihat permata ini mungkin akan merampasnya,” kata Abu Nawas.

“Betul, betul,” kata saudagar itu membenarkannya. Keduanya bergegas berangkat ke istana.

Sementara itu, Sultan Harun al-Rasyid ketika itu baru saja memasuki balairung ketika kedua orang itu tiba di istana.

Baginda menunda acara perbincangan dengan para pejabat tinggi, lalu memanggil Abu Nawas dan saudagar itu agar menghadap.

“Baginda, kami bersama saudagar permata ini menghadap baginda karena ada sesusatu hal yang hendak kami sampaikan. Cincin permata hadiah dari baginda beberapa hari yang lalu kepada saya akan saya jual kepada saudagar permata ini,” kata Abu Nawas.

“Mengapa hendak kau jual?” tanya sultan dengan nada marah.

“Itu hak saya, Baginda,” jawab Abu Nawasukankah cincin ini yang elah baginda berikan sebagai hadiah kepada saya?”

Sultan terkejut melihat cincin yang tersunting di jari Abu Nawas. Lebih-lebih saudagar itu. Matanya terbelalak dan mukanya pucat seketika. Betapa tidak, cincin yang tersunting di jari manis Abu Nawas terbuat dari dari temba, sedangkan permatanya tidak bekilau sama sekali karena hanya pecahan gelas belaka.

“bukan itu yang hendak saya beli,” seru saudagar itu, “tapi cincin permata berlian pemberian baginda.”

“Inilah cincin hadiah dari Baginda itu,” kata Abu Nawas, “Kalau tidak percaya, mohonlah kesaksian Baginda.”

Dalam hati sultan tersenyum. “Macam-macam saja akal Abu Nawas,” pikirnya.

“Betulkah cincin tembaga bermata pecahan kaca itu hadiah dari Baginda kepada Abu Nawas?” sembah saudagar itu.

“Betul,” jawab Sultan. “Memang itulah cincin pemberianku.”

Saudagar itu gemetar.

“Nah, bayarlah sekarang seribu dinar seperti kesanggupanmu tadi,” kata Abu Nawas.

“Tapi…!!!???”

“Engkau harus membayar seribu dinar kepada Abu Nawa,” tukas baginda memerintahkan sauadagar itu membayarnya.

Saudagar itu terpaksa mengeluarkan uang seribu dinar. Tanpa berkata sesuatu diberikannya uang itu kpada Abu Nawas, lalu melangkah pergi.

“Hai, tunggu dulu,” seru Abu Nawas, “ini cincin permata yang sudah kau beli!”

Saudagar itu tak mau menoleh.

Ilmu & Harta, Buku & Bismillah

ILMU & HARTA

v Ilmu lebih utama dari pada Harta, karena Ilmu itu akan menjagamu sementara Harta malah engkau yang harus menjaganya.

v Ilmu lebih utama dari pada Harta, karena pemilik harta bisa mwngaku menjadi Tuhan akibat harta yang dimilikinya, sedang orang yang ber Ilmu justru mengau menjadi hamba.

v Harta jika engkau berikan akan menjadi berkurang, sebaliknya Ilmu jika engkau berikan malah bertambah.

v Pemilik Harta musuhnya banyak, sedangkan pemilik Ilmu temanya banyak.

v Harta akan hancur berantakan karena lama ditimbun zaman, tetapi ilmu tak akan rusak dan musnah walau ditimbun zaman.

v Harta membuat hati seseorang menjadi keras, sedang ilmu malah membuat hati bercahaya.

BUKU & BISMILLAH

Buku adalah pengingat ilmu yang aku tahu, memilih yang perlu, memilah yang bermutu, menyuguhkan yang baru, dan member jalan keluar agar tak buntu. Buku adalah taman-taman orang mulia, perkebunan orang cerdas dan tempat rekreasi orang terhormat. “Jangan bersedih, bacalah buku” kata Syaikh Dr. ’Aidh al-Qarni.

Bismillah adalah spirit. Pintu segala kebaikan. Jendela keberkahan. Gerbang kesuksesan. Jalan kebahagiaan. Gapura hidayah. Spirit menggugah agar jiwa terus melangkah. Bismillah adalah visi. Bersih dalam pengawasan Allah. Peduli terhadap sesame. Professional dalam bekerja. Bismillah adalah doa. Doa adalah cita-cita. Doa adalah harapan. Doa adalah pengarah langkah. Doa adalah keyakinan yang menggerakan. Doa adalah kepasrahan atas ketakberdayaan. Doa adalah pengakuan kelemahan didepan Allah pemilik segala kesempurnaan. Bismillah adalah doa bukan sekedar doa. Bismillah adalah kekuatan. Bertumpu pada tauhid, keyakinan. Keyakinan itu membuat jiwa orang beriman selalu optimis menapaki kehidupan dan selalu istikomah.

Tuyul dan Makhluk Gaib Lainnya dalam Sejarah Ekonomi Jawa

DALAM tradisi historiografi di Indonesia akan sulit ditemukan cerita tentang sesuatu “yang tidak ada”, “suatu yang tidak berwujud” atau gaib. Padahal, sesuatu “yang tidak berwujud” itu, di dalam suatu kurun waktu tertentu juga menjadi bagian dari proses sejarah. Hal ini dapat dilihat dalam konteks tuyul atau makhluk-makhluk gaib lainnya yang secara sosio-kultural menjadi bagian dari masa lalu dan berkaitan dengan persoalan ekonomi, bahkan terus hidup dalam masyarakat Indonesia. Tetapi karena tuyul dan makhluk-makhluk gaib itu dianggap “tidak ada” atau “tidak nyata wujudnya” dan dokumen-dokumen juga tidak menyatakan keberadaannya, maka dianggap tidak ada sejarah yang perlu dikaitkan dengan hal itu (Bambang, dalam kuliah Kapita Selekta program pascasarjana UGM dan Gagalnya Historiografi Indonesiasentris?!: 44).

Orang baru menyadari bahwa “yang tidak ada” dan “tidak nyata” itu juga bagian dari sejarah Indonesia sejak Peter Boomgaard menulis hubungan antara tuyul dan makhluk gaib lainnya dalam perubahan ekonomi di Jawa pada masa Kolonial (Bambang, Gagalnya…: 44). Tentu saja Boomgaard dalam tulisannya, yang akan dibahas berikut ini, bukan bertujuan untuk membuktikan bahwa makhluk-makhluk gaib itu ada dan nyata—ada atau tidaknya kahluk-makhluk tersebut tidaklah penting—melainkan menunjukkan bahwa makhluk-makhluk itu hadir dalam mentalitas (ekonomi) masyarakat Jawa pada masa kolonial.

Boomgaard memulai karangannya, Illicit riches: Economic development and changing attitudes toward money and wealth as reflected in Javanese popular belief, dengan menjelaskan tuyul. Tuyul terlihat seperti seorang anak kecil, berusia tiga atau empat tahun, pendek, berkulit gelap, dan sangat kotor oleh karena memiliki hidung yang selalu ingusan. Tuyul suka dimanjakan; jika tidak, ia akan marah. Sebagai aturan, pemilik tuyul akan melakukan apapun semampunya untuk menghindari hal ini, karena jika si tuyul marah ia menolak untuk pergi mencuri. Dan mencuri—tanpa terdeteksi—adalah suatu keharusan bagi tuyul untuk membuat pemiliknya kaya. Kadang-kadang sang pemilik membawa tuyulnya di kerumunan, seperti di pasar besar atau tempat belanja lainnya, lalu membawanya pulang dengan uang hasil curian tuyul di sana. Tuyul tidak bisa dilihat siapa pun kecuali pemiliknya sendiri dan ahli supranatural seperti seorang dukun. Barang siapa yang ingin memiliki tuyul, ia harus pergi ke dukun, yang “berilmu hitam”, yang bisa membuat kontrak dengan dengan setan.

Pemilik tuyul harus membayar sesuatu untuk permintaannya menjadi kaya secara tiba-tiba dan terlarang. Bagi mereka yang menikmati kekayaan ini diharuskan untuk mengorbankan manusia (biasanya anggota keluarga keluraga atau pelayan) secara teratur, dan kematian mereka sendiri juga akan cepat dan/atau mengerikan. Tuyul juga harus disusui oleh seorang perempuan, meskipun menyakitkan dan berbahaya bagi kesehatan perempuan itu.

Tuyul bukanlah hantu yang telah ada sejak begitu lama. Paling tidak, dia tidak tampak dalam literatur sebelum 1929, ketika ia digambarkan dengan singkat oleh Drewes. Dia tidak bisa ditemukan dalam ikhtisar klasik tentang hantu yang ditulis oleh Hien. Ia juga tidak hadir dalam karangan serupa yang lebih lengkap yang ditulis oleh Supatmo, yang bisa dihargai sebagai ikhtisar terbaik tentang hantu di bawah pemerintahan kolonial.

Tuyul banyak ditemukan Clifford Geertz ketika ia melakukan studi lapangan di Modjokuto, selama 1952-1954. Sepanjang pengetahuan Boomgard, Geertz adalah sarjana pertama yang mendeskripsikan tuyul secara panjang dan rinci, aktivitasnya, macam-macam orang yang menjadi pemiliknya, serta cara untuk memperolehnya. Tentu saja tuyul tidak “ditemukan”, baik oleh Geertz maupun oleh Drewes, tetapi mungkin lebih aman jika kita mengatakan bahwa sebelum 1929 tuyul sungguh merupakan cerita yang sangat minor (Boomgaard, Illicit…: 197-98).

Sebelum Boomgaard, sebenarnya telah ada yang menulis tema serupa, yaitu G. Quinn dan Michael Taussig. Akan tetapi Boomgaard memiliki perbedaan dengan kedua penulis tersebut. Quinn tampaknya berpikir bahwa cerita-cerita tuyul merefleksikan keadaan masyarakat Jawa. Menurut Quinn, masyarakat Jawa menggunakan cerita-cerita itu sebagai pembenaran atas ‘pemenuhan-diri tanpa uang’ dan dengan demikian juga untuk menghakimi ‘perdagangan berbasis-uang’ secara negatif. Sedangkan Taussig melihat cerita-cerita orang Kolumbia tentang kontrak dengan setan dan ‘babtized money’ sebagai respon terhadap penetrasi kapitalisme modern dengan hubungan impersonalnya dan ‘komoditas fetisisme’, bukan terhadap uang dan perdagangan.

Marilah kita melihat argumen Quinn terlebih dahulu. Meskipun kapitalisme modern terlambat tiba di Jawa, menurut Boomgaard, kita tidak seharusnya berasumsi bahwa masyarakat ini sebelumnya tidak mengenal uang dan bahwa perdagangan adalah fenomena marjinal. Koin perak dan emas pribumi telah digunakan pada awal abad ke-18, dan koin tembaga Cina telah beredar jauh lebih dahulu pada abad ke-13. Bahkan, penemuan arkeologis menunjukkan bahwa pada masa pembangunan keraton Ratu Boko, di Yogyakarta, telah dikenal mata uang emas dari Gujarat yang bergambar Raja Candra Gupta II—yang berkuasa antara 380-415—dan burung garuda dan Dewi Laksmi (Helisu Sjamsuddin, Metodologi Sejarah: 249). Menurut Anthoni Reid (Dari Ekspansi Hingga Krisis: Jaringan Perdagangan Global Asia Tenggara 1480-1680: 1-2), Jawa adalah bagian penting dari “zaman perdagangan”. Di Jawa, pada masa itu, bahkan telah muncul kota-kota pusat perdagangan seperti Banten, Jepara, Gresik, dan, kemudian, Batavia. Melalui jaringan pasar pedesaan, gerak perdagangan ini sampai ke lingkungan dusun. Sebagian perdagangan lokal dilakukan dengan barter, tetapi tetapi pertukaran komoditas dengan uang juga dipastikan telah ada. Pada abad ke-16 koin perak dan emas Spanyol dan Portugis beredar luas, dan pada abad ke-17 disusul dengan uang perak Belanda. Selama abad ke-18 uang (doits, duiten) Belanda semakin mempenetrasi area pedesaan Jawa.

Sekitar 1800, banyak transaksi dan pajak telah diuangkan. Pekerja-pekerja pribumi di wilayah Jawa juga telah dibayar dengan uang. Barter masih ada tetapi hanya terjadi di wilayah-wilayah yang jauh tidak terjangkau dan di wilayah pegunungan yang sulit diakses. Selama tanam paksa, koin tembaga Belanda telah menjadi satu-satunya alat pembayaran yang sah (Boomgaard, Illicit…: 197-99).

Dengan bukti-bukti itu, masih bisakah kita, dengan segala kejujuran, mengatakan bahwa masyarakat ini masih didasari oleh ‘pemenuhan-diri tanpa uang’? barangkali tidak. Oleh karena itu, sulit untuk mengatakan bahwa cerita tuyul menjadi populer karena transaksi dan perdagangan moneter adalah hal baru dalam masyarakat ini.

Taussig lebih berhati-hati daripada Quinn. Ia membedakan kapitalisme modern di satu pihak dan uang dan perdagangan di lain pihak. Selama studi lapangannya di Lembah Cauca, Kolumbia, sekitar 1970, Taussig menemukan cerita ‘mistisisme rakyat’ tentang hantu pengumpul uang yang serupa dengan yang di Jawa. Rumor tentang kontrak dengan setan itu beredar di kalangan pekerja perkebunan tebu. Bagi Taussig, perkebunan tebu merepresentasikan hubungan impersonal, relasi produksi kapitalis modern. Perkebunan datang di utara Lembah Cauca antara dua perang dunia dan dengan cepat meluas ke daerah-daerah sekitarnya. Jadi, ketika Taussig mendegar cerita ini, perkebunan telah berada di sana selama kurang dari limapuluh tahun. Jika Taussig benar dalam berasumsi bahwa cerita-cerita ini berkaitan dengan pembangunan kapitalis modern, dia harus memberi bukti bahwa cerita ini tidak lebih tua dari pada perkebunan itu. Tetapi dia gagal membuktikannya.

Karena dirinya tidak melakukan studi tentang dongeng rakyat Kolumbia, Boomgaard tidak dalam posisi untuk mengatakan apakah cerita ini ‘baru’, ‘lama’, atau merupakan adaptasi dari cerita ‘lama’. Menurut pendapatnya, pernyataan Taussig itu hanyalah jalan untuk melakukan studi yang lebih serius tentang perubahan mentalitas dalam masyarakat berhadapan dengan penetrasi perlahan-lahan kapitalisme modern (Boomgaard, Illicit…: 199-200).

Tuyul mungkin hampir belum dikenal sebelum 1929, tetapi hantu-pencuri-uang lain tidak. Setan gundul, atau hanya gundul, adalah contoh yang baik. Boomgaard menemukanya pertama kali disebutkan dalam suatu sumber yang bertahun 1860. Seperti tuyul, gundul mencuri uang untuk tuannya tanpa bisa ketahuan korbannya. Dia bisa dibeli dari dukun spesialis. Dia harus diberi ruangan khusus yang hanya boleh diakses oleh tuannya. Jika si pemilik merawatnya dengan baik, gundul akan mengganjarnya dengan kekayaan, dan melindunginya dan rumahnya dari musuh-musuh.

Deskripsi mengenai gundul muncul pada 1894. Dia tampak sebagai anak kecil yang telanjang, empat sampai lima tahun, kepalanya gundul, seperti normalnya anak laki-laki Jawa. Ia adalah pengirim kekayaan, tetapi ia juga menjaga tuannya dari hal-hal yang gaib yang tidak diinginkan. Gundul bisa dikontrak selama satu periode tujuh tahun, setelah itu sang pemilik akan menerima siksaan abadi di neraka. Hal yang mengerikan ini bisa di tunda dua kali tujuh tahun, jika si pemilik sanggup dan mau mengorbankan orang lain sebagai pengganti. Bila sang pemilik bersedia menerima kekayaan yang sedang-sedang saja, ia hanya perlu mengorbankan binatang, misalnya kerbau, tetapi gundul kemudian harus di beri kacang hijau setiap hari dan disusui ketika sang pemilik mempunyai bayi. Gundul sebagai hantu jahat menghilang entah kemana pada 1930-1940-an, dan hanya bertahan sebagai pengusik yang tak berbahaya. Ini adalah periode ketika tuyul memulai kariernya.

Selama masa depresi dan Perang Dunia Kedua, kapitalis modern di Jawa terpukul sangat keras, dan kesempatan untuk mendapatkan gaji besar di semua sektor menghilang. “Nasib baik” yang telah dimiliki sebelum 1930-an meleleh habis, dan kesempatan untuk menjadi kaya dengan cepat menjadi sangat jarang. Cerita gundul tidak berhasil dalam atmosfir ini. Setelah 1940-an, ketika ekonomi mulai tumbuh dengan cepat dan kesempatan baru mulai muncul, orang-orang memerlukan hantu ‘baru’ untuk menjelaskan kaya mendadak. Tuyul yang telah ada sebagai hantu (lokal?) yang tidak terkenal, terbukti menjadi bejana yang sempurna (Boomgaard, Illicit…: 201).

Cerita itu belum seluruhnya. Foklor orang-orang Indonesia menggambarkan banyak setan lain yang bisa menganugerahkan kekayaan. Baik ama menthek—setan penghancur panen padi pada cerita lama atau hantu pencuri padi untuk majikannya pada cerita yang kemudian—yang juga termasuk kategori setan anak kecil, maupun hantu dalam kategori hewan-hewan. Kategori hewan-hewan masih perlu di pecah lagi menjadi dua sub-kategori berikut.

Pertama, Makhluk halus yang berwujud binatang. Kategori ini sangatlah rumit. Harta karun, baik yang alami maupun “ciptaan manusia”, tersembunyi di dalam bumi. Oleh karena itu, makhluk halus ini, yang tinggal di tanah dan di dalam air, tahu di mana harus menemukan harta karun. Emas, perak dan berlian adalan simpanan alam, meskipun di mata orang Indonesia simpanan ini dihuni atau di jaga oleh makhluk supranatural. Tetapi juga harta karun “buatan manusia”. Di Jawa, juga di banyak tempat di Asia, terdapat “kegemaran untuk menimbun” baik emas, perak, berlian, maupun uang di sumur atau di tempat-tempat lainnya yang sukar dan sukar diketahui orang. Salah satu alasan penimbunan ini adalah kecemburuan dan, oleh karena itu, mereka akan takut jika diketahui oleh tetangganya berapa kekayaanya. Sir Thomas Stamford Raffles mengatakan bahwa orang-orang Jawa “iri dan dengki pada orang lain yang sukses”. Tetapi orang-orang Jawa tidak hanya khawatir pada “manusia-manusia pencemburu”, mereka juga khawatir pada “makhluk halus pencemburu”, atau “makhluk halus suruan manusia pencemburu”. Oleh karena itu mereka juga menimbun makhluk halus bersama harta karunnya, untuk melindungi harta karun itu dari makhluk hidup maupun makhluk halus. Bukan hanya agar harta karun itu tidak dicuri, melainkan juga agar mereka tidak dituduh sebagai pemilik tuyul dan sejenisnya.

Contoh dari makhluk halus dalam kategori ini adalah blorong, yang mengalami transformasi jender. Pada literatur lama yang ditemukan Boomgaard (1855-1875), blorong adalah laki-laki: Kyai Blorong; selama masa transisi (1879-1924) ditemukan baik Kyai dan Nyai Blorong; dan setelah 1929 ia telah sepenuhnya dikenal sebagai Nyai atau Nyi. Blorong adalah ular berkepala manusia—kadang-kadang berlengan banyak dan berkaki banyak seperti lipan—yang tinggal di dalam gua. Nyi Blorong adalah pemberi kekayaan pada seseorang yang melakukan kontrak dengannya, dengan syarat orang tersebut menyediakan sebuah kamar untuk berhubungan dengan Nyi Blorong, dan setelah beberapa tahun orang tersebut harus mengorbankan manusia untuknya. Selain blorong, banyak makhluk halus yang berwujud binatang lainnya seperti buaya, katak, dan tikus (Boomgaard, Illicit…: 202-5).

Kedua, Binatang jadi-jadian. Kategori ini masih bisa digolongkan lagi menjadi: (1) orang yang sementara waktu menjadi hewan; (2) orang yang rohnya masuk secara temporer ke tubuh hewan ketika hewan tersebut tidur atau tidak sadar; (3) orang-orang yang jiwa/rohnya berubah menjadi atau masuk ke dalam binatang setelah meninggal, sebuah tema yang berkaitan dengan gagasan reinkarnasi.

Cerita mengenai binatang jadi-jadian berkaitan dengan orang-orang yang ingin menjadi kaya dengan memuja binatang, atau roh dalam bentuk binatang, yang kemudian mencuri untuknya. Alternatifnya, seseorang yang berubah bentuk menjadi binatang atau rohnya memasuki binatang, lalu melakukan pencurian. Kadang-kadang, setelah meninggal orang yang melakukan praktik ini akan berubah menjadi binatang. Binatang jadi-jadian yang paling banyak ditemukan adalah monyet, anjing, babi atau celeng (Boomgaard, Illicit…: 207).

Menurut Boomgaard, popularitas motif cerita-cerita ini merefleksikan suatu realitas ekonomi. Karangan Boomgaard tersebut berusaha mengaitkan perubahan dalam kepercayaan rakyat pada pembangunan ekonomi dalam tiga level abstraksi. Pada level terendah, karangan ini meneliti informasi tentang kepercayaan rakyat dari berbagai sumber. Melacak perkembangan dari sejumlah cerita antara 1850 dan 1990. Pada level menengah, karangan ini mengoreksi asumsi tertentu mengenai struktur dan perkembangan ekonomi orang-orang Jawa, yang tentunya memiliki konsekwensi pada interpretasi-interpretasi cerita rakyat yang ada sebagai refleksi dari ekonomi ini. Pada level tertinggi, tulisan ini mengambil isu dengan metodologi membandingkan cerita-cerita sebagai data statis dengan fenomena yang dinamis, misalnya penetrasi kapitalisme modern. Cerita-cerita itu, pada waktu tertentu, tidak merefleksikan level tahap perkembangan ekonomi sebagaimana dirasa orang-orang. Sebelum sebuah percobaan dibuat untuk menggunakan cerita-cerita tersebut sebagai bukti dari kepercayaan masyarakat, satu tema utama dari cerita itu harus dilepaskan dari variasi lokal dan temporalnya. Hanya dengan membandingakan variasi di dalam cerita rakyat dengan perubahan struktural dan siklis di lingkungan ekonomi, tiba pada suatu kesimpulan yang valid dan bermakna bisa diharapkan.

Motif roh anak-anak, sebagai contoh, bisa ditemukan di hampir seluruh kepulauan Indonesia. Bagaimanapun, perubahan peran dari menthek dan pergeseran dari gundul ke tuyul tampaknya merefleksikan perubahan struktural dan siklis ekonomi sebagai pengalaman dan dirasakan orang-orang Jawa selama sekitar dua abad. Pemujaan ular memang merupakan motif yang sangat tua dan luas, tetapi mempelajari pembedaan (transseksual) akan sampai pada kesimpulan mengenai perubahan ekonomi (Boomgaard, Illicit…: 209-210).

Demikianlah Boomgaard menunjukkan bahwa cerita-cerita makhluk-makluk halus itu menjadi bagian dari porses sejarah masyarakat Jawa. Dari karangan itu kita bisa mengetahui suatu hal yang penting, bahwa ada paradoks pada sikap pribumi dalam menanggapi masuknya kapitalisme yang bersamaan dengan penjajah; mereka ingin kaya tetapi tidak mau disebut kaya, karena kekayaan itu tidak identik dengan pribumi dan yang dekat dengan kekuasaan. Dengan kata lain, mereka mau kaya tetapi tidak mau dianggap “bukan pribumi” atau Belanda kapitalis. Mereka tidak menyukai kapitalisme karena hadir bersama kolonialisme dan eksploitasi, tetapi merasa rugi kalau menolaknya. Oleh karena itu mereka menerima kapitalisme dengan setengah hati. Sebab itu mereka gemar menimbun dan menyembunyikan kekayaanya dan “menciptakan” tuyul untuk menjelaskan orang-orang yang kaya dengan cepat.

Di samping itu, kita juga bisa mengetahui bahwa cerita-cerita mengenai hantu tertentu atau mengalami perubahan ternyata berkaitan dengan perubahan di lingkungan perekonomian. Misalnya, cerita-cerita mengenai hantu-hantu pesugihan yang “berkelamin” perempuan, atau berganti kelamin menjadi perempuan, muncul ketika masa tanam paksa, ketika perempuan-perempuan keluar dari ranah domestiknya ke wilayah pekerjaan. Ketika masa depresi dan Perang Dunia Kedua, dimana kesempatan untuk menjadi kaya dengan cepat sangat sulit cerita tentang gundul mulai menghilang, dan digantikan oleh tuyul ketika perekonomi mulai tumbuh kembali. Ketika ketika Indonesia mengalami keterpurukan ekonomi pada tahun 1960-an, di mana beras menjadi lebih penting daripada uang, menthek, yang pada cerita-cerita lama perupakan penghancur panen padi, berubah menjadi pencuri padi untuk majikannya.

Akan tetapi, makhluk-makhluk gaib dalam mitos-mitos masyarakat Jawa sebenarnya tidak hanya berkaitan dengan ekonomi saja, melainkan juga dalam banyak hal lain, misalnya dengan kekuasaan. Yang disebut terakhir telah ditunjukkan dengan baik oleh Kuntowijoyo dalam karangannya Sumur Ajaib: Dominasi dan Budaya Tandingan di Surakarta Awal Abad XX dan—meskipun makhluk gaib bukan menjadi bahasan utama—John Pemberton dalam On the Subject of “Java”.

Sejarawan seharusnya tidak menilai makhluk gaib dan hal-hal gaib lainnya, seperti pulung, dari masuk akal atau tidaknya hal-hal itu, atau dari ada atau tidaknya dalam kenyataan empiris. Melainkan, hadir atau tidaknya hal-hal tersebut dalam mentalitas suatu masyarakat pada suatu waktu. Sejarah bukan soal masuk akal atau tidaknya sesuatu, tetapi menjadi bagian atau tidaknya sesuatu dalam masyarakat atau bagi masyarakat yang bersangkutan. Segaib apapun hal-hal tersebut, bisa ditulis sejarawan dengan meletakkannya pada suatu tempat dan waktu.